Kisah Desa Dashiban di China: Dulu Biasa Saja, Kini Jadi Magnet Wisata

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Desa Dashiban di China: Dulu Biasa Saja, Kini Jadi Magnet Wisata

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Rabu, 14 Mei 2025 15:10 WIB
ZHOUSHAN, CHINA - MAY 20: Houses covered with tendril climbing plants are seen at the deserted Houtouwan village on Shengshan island on May 20, 2020 in Zhoushan, Zhejiang Province of China. The village in East China has become a tourist spot for its natural ecology and fine views. (Photo by Chen Yongjian/VCG via Getty Images)
Ilustrasi desa Dashiban di China (Chen Yongjian/Getty Images)
Dashiban -

Usai direvitalisasi oleh pemerintah, Desa Dashiban di China memiliki daya tarik bagi wisatawan dan membuat warganya meraup cuan berlimpah.

Dashiban bukan desa biasa, desa tersebut telah berusia sekitar 600 tahun dan dulunya jadi jalur penting perdagangan Jalur Sutra Selatan dan Jalur Kuda Teh. Tapi seiring waktu dan perubahan transportasi, desa itu makin sepi dan tertinggal.

Dilansir dari China Daily, Rabu (14/5/2025) banyak warga memilih merantau, meninggalkan rumah dan ladang mereka. Namun semua mulai berubah pada Januari 2021, saat Pemerintah Xichang menjadikan Dashiban sebagai desa percontohan untuk program revitalisasi pedesaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Chen Xiaoyu memutuskan kembali ke kampung halaman itu dan justru meraih kesuksesan dengan membuat perubahan besar. Pada 2018, ia memutuskan pulang ke desanya di Dashiban yang terletak di tepi Danau Qionghai. Di sana, ia menyewa sebuah rumah dan menyulapnya jadi homestay butik.

"Pendapatan saya dari homestay sekarang hampir sama dengan waktu saya berdagang di Guangzhou," kata Chen.

ADVERTISEMENT

Saat pemerintah mulai turun tangan dengan bangunan tua direnovasi dan tetap mempertahankan keasliannya, serta infrastruktur wisata mulai dibangun. Chen pun merasakan dampak positifnya.

"Renovasi desa ini sangat mempengaruhi bisnis saya. Sekarang homestay saya juga merambah ke kuliner, produk budaya, hingga tiket wisata," jelasnya.

Perubahan itu juga mengundang para perantau lainnya untuk pulang dan membuka usaha. Salah satunya Xiao Wenfang, yang dulu kerja di Chengdu dan kini membuka restoran bersama ayahnya di Dashiban.

"Kami dulu jual ikan hidup, sekarang jadi olahan ikan khas. Tahun lalu pendapatan kami tembus 2 juta yuan (Rp 4,4 miliar)," katanya.

Menurut sekretaris Partai Komunitas Dashiban, Yin Jun, mengatakan desa tersebut kini beralih ke sektor pariwisata dan kesehatan.

"Wisatawan bisa berfoto dengan pakaian etnis Han, Yi, Tibet, Miao, hingga Lisu. Pemandangan desa yang cantik jadi latar yang sempurna," kata Yin.

Hingga kini, Dashiban punya 232 homestay, 85 restoran, dan 65 studio foto bertema budaya. Tahun lalu, desa ini dikunjungi 1,9 juta wisatawan dan menghasilkan 900 juta yuan (Rp 1,98 miliar) dari sektor pariwisata.

"Pariwisata sudah jadi andalan desa ini. Lebih dari 1.000 warga mendapat pekerjaan, dan pendapatan per kapita naik lebih dari 10.000 yuan (Rp 22 juta) dalam empat tahun terakhir," tambah Yin.

Rencananya, desa tersebut juga akan membangun area agrowisata seluas 13,3 hektar yang disebut surga benih untuk menambah pengalaman wisata bagi pengunjung.




(upd/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads