Pawai digelar untuk memeriahkan event Gayo Alas Mountain International (GAMI) Festival 2018 yang digelar di Takengon, Aceh Tengah. Ada empat kabupaten yang ambil bagian dalam event ini yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues.
Nah, untuk memperkenalkan seni budaya Dataran Tinggi Gayo ke pengunjung, warga di sana menggelar karnaval. Pesertanya mulai dari siswa Sekolah Dasar (SD) hingga SMA. Mereka berjalan mengitari sejumlah ruas jalan di kota dingin tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Agus Setyadi/detikTravel) Foto: undefined |
Dalam pawai ini, kostum yang dipakai menggambarkan budaya dan keasrian alam Gayo. Beberapa peserta mengenakan baju seperti terbuat daur ulang, aktivitas sehari-hari, hingga bernuansa kopi.
Selain itu, selama karnaval, mereka juga menampilkan Tari Guel, Seni Didong, Saman, Bines, dan sejumlah kesenian khas Gayo. Pawai ini mengundang decak kagum traveler.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Kadis Parpora) Aceh Tengah, Khairuddin Yoes mengatakan kegiatan itu bertujuan untuk memperkenalkan kondisi lingkungan dan masyarakat yang ada, menyatu dengan alam, kepada wisatawan.
(Agus Setyadi/detikTravel) Foto: undefined |
"Itulah kondisi dan keadaan masyarakat kita di dataran tinggi Gayo," kata Khairuddin, dalam keterangan tertulis yang diterima detikTravel, Senin (17/9/2018).
Pawai yang digelar pada Minggu, 16 September kemarin itu, katanya, juga mengkombinasikan antara alam, budaya, dan masyarakat yang ada saat ini. Hal itu, perlu dipertahankan dan diperkenalkan ke tingkat nasional bahkan internasional.
"Ini yang kita coba angkat karena untuk memperkenalkan semua lini seperti lingkungan, wisata pesona alam, seni dan budaya, adat istiadat, dari dataran tinggi Gayo Alas," ujarnya.
(Agus Setyadi/detikTravel) Foto: undefined |
Mengenai konsep kopi yang dijadikan kostum, Khairuddin mengungkapkan, bahan baku minuman yang mendunia ini sudah menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Gayo.
"Ini mungkin karena sebagian besar masyarakat kita hidupnya dari kopi. Membangun ekonomi masyarakat juga tidak terlepas dari kopi. Jadi sekarang Alhamdulillah kopi kita sudah dikenal secara lokal, nasional, maupun internasional," jelasnya. (sym/fay)












































(Agus Setyadi/detikTravel) Foto: undefined
(Agus Setyadi/detikTravel) Foto: undefined
(Agus Setyadi/detikTravel) Foto: undefined
Komentar Terbanyak
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Keraton Solo Memanas! Mangkubumi Dinobatkan Jadi PB XIV
Drama Menjelang Penobatan Raja Baru Keraton Solo