Dalam FGD Penanganan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata di Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta, Rabu (24/10/2018), ia mengungkapkan hal tersebut. Disebutkan dia bahwa pemerintah atau humas dalam hal ini harus cepat menyebarkan info-info terkini untuk menangkal adanya hoax.
"Begitu ada bencana cepat menyebar. Belum ditambahi hoax. Bencananya ada di Gunung Agung Bali tapi ada video foto yang memperlihatkan hujan abu dari Gunung Soputan lalu aliran lava dari Gunung Sinabung," kata Sutopo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tak hanya hoax dari luar negeri, bencana juga jadi ranah politik. Dijelaskannya bahwa pendekatan pemberitaan di Indonesia masih harus diperbaiki.
"Pendekatan dominan kita itu 'bad news is good news' dan 'good news is no news'. Lalu ada yang tidak nyambung seperti pemberitaan dibawa ke ranah yang tak masuk akal, klenik, firasat dan mistis misalnya," jelas dia.
Sutopo pun menjelaskan dari data lapangan yang ia dapat soal dampak erupsi Gunung Agung pada November 2017. Ia menilai belum siapnya pemerintah akan penanganannya.
"Di saat itu ada penumpukan turis di bandara. Padahal katanya ada diskon 50 persen hotel dan kendaraan gratis. Berita di luar negeri amat mengerikan menggambarkan kondisi di Indonesia. Padahal, kenyataan di lapangan bencananya itu tidak mengenai dari seluruh Bali," urai dia. (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia