Sektor pariwisata Indonesia kini sedang terjepit posisinya. Hal tersebut dikarenakan terjadinya bencana alam secara berturut-turut. Mulai dari meletusnya Gunung Agung di Bali hingga gempa yang terjadi di beberapa wilayah seperti Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Aceh, Sumatera Barat, dan Banten.
Belum lagi adanya kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang turut diberitakan oleh dunia. Hal ini membuat industri pariwisata menanggung beban yang cukup berat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada Agustus hanya 1,51 juta kunjungan. Angkanya turun 1,93% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,54 juta kunjungan.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan penurunan disebabkan adanya bencana gempa bumi di Lombok, NTB. kunjungan melalui bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Ngurah Rai, Bali pun dinatakan anjlok.
Total kunjungan wisman melalui jalur udara turun 5,71% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan tajam terjadi pada kunjungan melalui Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid yang hanya mencapai 4.308 kunjungan pada Agustus atau turun 69,18% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Penurunan terbesar kedua terjadi pada kunjungan melalui Bandara Internasional Ngurah Rai yang hanya mencapai 572,02 ribu kunjungan, atau turun 8,37% dibandingkan bulan sebelumnya," paparnya.
Kementerian Pariwisata juga memperkirakan Indonesia kehilangan 100.000 wisman per bulannya dari Agustus hingga Desember 2018. Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB sekaligus pemilik Hotel Praya Lombok, Hadi Faishal, mengatakan ia turut merasakan dampaknya.
"Saya merasakan, sangat berat, sekarang okupansi hotel masih di kisaran 30-35% saja," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Lalu Mohammad Faozal, turut mengatakan gempa bumi beruntun yang melanda cukup menekan pariwisata NTB. Ekosistem pariwisata dengan industri yang bergerak di 3A (Amenitas, Akses, Amenitas) belum pulih.
Diperkirakan hanya ada 100.000 wisman yang turun dari Lombok, Sumbawa saja dan sampai Desember 2019 average wisman sebanyak 500.000 orang. Berdasarkan angka tersebut, hampir pasti proyeksi realisasi tahun ini adalah 16,5 juta wisman atau 97% dari target. Apalagi NTB adalah destinasi prioritas atau masuk dalam 10 Bali Baru dengan ikon Mandalika.
Faozal mengatkan walaupun daerah yang rusak parah ada di Lombok Timur dan Utara, tapi secara psikologis akan sangat mengganggu wisatawan untuk berlibur ke Lombok. Apalagi setelah bencana muncul travel advice dari beberapa negara.
"Gempa Lombok telah menyebabkan kerugian besar bagi pariwisata nasional, terutama daerah Lombok dan Bali. Banyak wisman membatalkan perjalanannya ke Lombok. Belum lagi travel advice yang dikeluarkan beberapa negara. Ini jelas sangat merugikan," jelasnya.
Ia mengungkapkan kini pariwisata NTB sedang dalam masa pemulihan. Namun ia tetap optimis bekerja sama dengan seluruh stakeholder akan membuat pariwisata NTB segera bangkit. Fokus utamanya mengarah ke penyampaian pesan kepada dunia bahwa NTB sudah aman dikunjungi, bahkan ditempati.
"Itu tugas kita bersama. Kita tidak bisa berlarut dalam kesedihan. Citra positif harus kita bangun sehingga Lombok kembali dikunjungi wisatawan seperti sedia kala. Meskipun itu bukan perkara mudah tetapi dengan dukungan seluruh stakeholder. Semoga pemulihan ini dapat dipercepat," ujarnya.
(mul/ega)
Komentar Terbanyak
Keunikan Kontol Kejepit, Jajanan Unik di Pasar Kangen Jogja
Banjir Bali, 1.000 Hektar Lahan Pertanian per Tahun Hilang Jadi Vila
Daftar Negara yang Menolak Israel, Tidak Mengakui Keberadaan dan Paspornya