"Tempe itu sudah diproduksi di mana-mana. Di Australia, Asia Pasifik, bahkan Amerika dan Eropa. Nilai jualnya tinggi. Dan yang terpenting ini semakin mengangkat nama Indonesia yang merupakan asal tempe," ujar Vita dalam keterangan tertulis, Rabu (28/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempe buatan Rustono juga dipakai dalam menu penerbangan maskapai Garuda Indonesia rute Osaka-Denpasar. Harganya cukup fantastis, sekitar 350 Yen atau Rp 40.000 per 250 gram.
"Rustono menjual tempe mentah. Ini menjadikan pelanggannya bebas untuk berkreasi dengan tempe. Para koki restoran dan hotel mengolah tempe menjadi lebih dari 60 menu tempe berbeda, seperti teriyaki tempe, sandwich tempe, tempe rumput laut, ataupun dicampur dengan salad. Para koki ini menyebut tempe sebagai magic food, makanan ajaib," terang Vita.
Kini bukan hanya Rustono yang memproduksi tempe di luar negeri. Ada juga Ana Larderet, perempuan cantik asal Prancis yang kepicut dengan nikmatnya tempe. Tempe buatannya juga sangat terkenal di Prancis. Pertalian Ana dengan tempe berawal ketika ia kuliah satu tahun di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Selama itu dirinya jatuh cinta dengan tempe yang menjadi makanan kesukaannya.
Di Australia, ada warga lokal, Amita Buissink, yang jatuh cinta kepada tempe. Ia bahkan memproklamirkan diri sebagai duta tempe. Tak hanya memproduksi tempe di Margaret River Tempeh, Australia Barat, tetapi Amita juga menularkan ilmu fermentasi tempe kepada anak-anak sekolah.
Ia pun sering diundang menjadi pembicara tempe bahkan sampai kembali ke Indonesia. Bukan itu saja, tujuh tahun memproduksi tempe, rasa tempe buatan Amita sama persis seperti tempe tradisional produksi perajin Indonesia. Kini pun ia membuat inovasi baru dengan keragaman tempe non kedelai.
"Harga jual tempe di Australia delapan kali lebih tinggi daripada di Indonesia. Sedangkan di Prancis, tempe buatan Ana dibanderol harga sekitar 4 euro-8 euro (1 euro setara Rp 15.000). Tetapi peminatnya tetap banyak. Ini menandakan tempe dapat menjadi duta kuliner Indonesia," pungkas Vita.
Terpisah Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, cara paling cepat, paling efektif, dan paling halus untuk mempopulerkan sesuatu ke pasar global adalah melalui diplomasi sosial-ekonomi. Dan salah satunya adalah melalui kuliner.
Menurut Arief, Indonesia bisa meniru Thailand, Negeri Gajah Putih, yang sukses menerapkan diplomasi ini untuk meningkatkan brand pariwisatanya. Kuliner Thailand memiliki posisi yang kuat di kancah internasional. Hampir di seluruh kota-kota besar dunia terdapat restoran Thailand. Selain itu, beberapa kuliner Thailand juga memiliki branding yang kuat di masyarakat dunia, contohnya Tom Yum.
"Dengan menjalankan diplomasi kuliner, kita melakukan penetrasi ke suatu negara tapi mereka tidak merasa. Saat ini, Kemenpar telah menetapkan National Foods yang sudah populer di media masa dunia, yakni Rendang, Nasi Goreng, dan Sate serta Soto, dan Gado-Gado. Tempe dapat menjadi salah satu nasional food yang mengangkat nama Indonesia karena namanya sudah mendunia dan digemari warga negara asing," ujar Arief.
Menteri asal Banyuwangi tersebut juga menambahkan, tingginya minat warga asing terhadap tempe juga merupakan peluang untuk menarik wisatawan ke Indonesia. Salah satunya dengan membuka kelas untuk belajar memproduksi tempe. Misalnya di Rumah Tempe Indonesia di Bogor. Tempat tersebut kerap sekali kedatangan wisatawan mancanegara yang ingin menimba ilmu membuat tempe.
"Tempe begitu digandrungi di tingkat dunia, ini menjadi peluang bagus mengangkat nasional brand sekaligus menarik wisatawan berkunjung ke Indonesia. Saya bangga sebagai bangsa tempe. Salam tempe! Salam Pesona Indonesia," pungkas Menpar Arief Yahya.
(mul/ega)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!