Sakralnya Prosesi Cuci Benda Pusaka di Ciamis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sakralnya Prosesi Cuci Benda Pusaka di Ciamis

Dadang Hermansyah - detikTravel
Selasa, 04 Des 2018 18:43 WIB
Foto: Tradisi Upacara Adat Nyangku Ciamis (Dadang Hermansyah/detikTravel)
Ciamis - Warga Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dikenal kuat dengan tradisi dan budaya. Salah satunya mereka punya tradisi Nyangku, prosesi penyucian benda pusaka raja.

Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kaya akan tradisi dan budaya yang sangat melekat di masyarakat. Seperti Tradisi Upacara Adat Nyangku yakni prosesi penyucian benda pusaka peninggalan Raja Panjalu Prabu Sanghyang Borosngora.

Ribuan masyarakat Panjalu, Ciamis dan dari luar daerah antusias mengikuti prosesi upacara adat Nyangku yang dipusatkan di Taman Borosngora Alun-alun Panjalu Senin (3/12/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi tersebut digelar setiap satu tahun sekali pada bulan Robiul Awal atau Maulud. Nyangku juga sekaligus sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

(Dadang Hermansyah/detikTravel)(Dadang Hermansyah/detikTravel)
Nyangku diawali dengan mengeluarkan benda-benda pusaka peninggalan Raja Panjalu dari Bumi alit (museum tempat menyimpan benda pusaka) oleh petugas. Selanjutnya pusaka tersebut diarak dibawa dengan cara digendong (diais) oleh para keturunan Raja Panjalu dan warga terpilih.

Pusaka lalu diarak diiringi dengan solawat dan alat musik gembyung menuju Nusa Gede (Pulau di tengah Situ Lengkong Panjalu). Di Nusa Gede terdapat makam Raja Panjalu dan tokoh kerajaan Panjalu.

Setelah itu, pusaka diarak kembali menuju Taman Borosngora Alun-alun Panjalu untuk dilakukan ritual Jamas, atau membersihkan atau mencuci benda pusaka tersebut.

(Dadang Hermansyah/detikTravel)(Dadang Hermansyah/detikTravel)
Satu persatu pusaka dibersihkan dengan menggunakan Tujuh sumber mata air dari beberapa tempat atau disebut 'Cai Karomah Tirta Kahuripan' yakni Mata Air Situ lengkong, Mata Air Karantenan Gunung Sawal, Mata Air Kapunduhan (Makam Prabu Rahyang Kuning), Cipanjalu, Kubang Kelong, Pasanggrahan, Bongbang kancana, Gunung bitung dan sumber air Ciomas, ditambah jeruk nipis.

Prosesi Jamas, pertama pembungkus pusaka dibuka lalu dibawa menuju tempat pembersihan yang terbuat dari bambu yang terletak di tengah taman. Tahap akhir, setelah dibersihkan pusaka diolesi minyak khusus kemudian dibungkus kain putih dan disimpan kembali ke Pasucian Bumi Alit.

Secara simbolis ada tiga benda pusaka yang dibersihkan antara lain pedang pemberian Sidina Ali kepada Prabu Borosngora yang dinamai Zulfikar, Kujang Panjalu dan Keris Stokkomando.

Nyangku sudah dilakukan sejak zaman dulu secara turun temurun. Tujuannya untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora yang telah menyampaikan ajaran Islam. Selain itu, Nyangku digunakan sebagai salah satu media syiar Islam bagi masyarakat Panjalu. Juga untuk melestarikan budaya. Untuk mupusti bukan untuk migusti.

(Dadang Hermansyah/detikTravel)(Dadang Hermansyah/detikTravel)
Panitia Nyangku, Ketua Yayasan Borosngora Johan Wiradinata menuturkan upacara adat Nyangku akan terus dilestarikan sebagai sebuah kearifan lokal yang ada di Kecamatan Panjalu. sebagai salah satu alat untuk membendung budaya asing terutama budaya negatif.

Menurutnya, dengan Nyangku menjadikan masyarakat Panjalu lebih berkarakter, dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi yang baik dan toleran. Serta mempererat tali silaturahmi sesama warga Panjalu.

"Bukan hanya untuk penghormatan saja, juga Nyangku ini dijadikan momen untuk evaluasi diri agar ke depan lebih baik lagi. Intinya membersihkan diri," katanya.

(Dadang Hermansyah/detikTravel)(Dadang Hermansyah/detikTravel)
Menurutnya, Upacara Adat Nyangku yang sudah berlangsung sekitar ratusan tahun lalu sejak zaman pemerintahan Prabu Borosngora, sebagai sarana media syiar islam.

"Nyangku ini harus terus dilestarikan dan diturunkan kepada para pemuda atau regenerasi secara estafet dilaksanakan supaya tidak hilang," pungkasnya.

Dalam Festival Budaya Panjalu juga ditampilkan berbagai kesenian asal Kabupaten Ciamis, seperti Wayang Landung dan Bebegig Sukamantri. (sym/sym)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads