"Inilah rahasia saya. Rasa cinta pada ibu sangatlah personal. Saya meyakini, ketika sesuatu itu sangat personal, maka ia akan sangat general. The most personal, the most general," ujar Arief dalam keterangan tertulis, Kamis (13/12/2018).
Selain mengaku sangat mencintai sang ibu, Arief juga menyebut sosok ibunya sebagai inspirasi dalam hidup. Ia menilai sang ibu sebagai orang yang paling berjasa dan berjuang untuk anak-anaknya tanpa pamrih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya ada banyak permasalahan yang bisa ia lalui dengan mudah. Ia pun meyakini bahwa itu semua tak lepas dari doa ibu. Menurutnya, sang ibu sering kali, bahkan mungkin sepanjang hidupnya, selalu salat malam atau sholat dhuha untuk mendoakan anaknya.
"Saya percaya, rida Ilahi adalah rida ibu. Murka Ilahi adalah murka ibu. Itu dijamin oleh Tuhan," tegasnya.
Mengenang masa kecilnya, Arief mengataan setiap kali sang ibu datang ke perkawinan, makanannya tidak pernah ia santap. Ia bungkus makanan tersebut dan dibawa pulang untuk anak-anaknya.
"Dulu, telur dan paha ayam adalah barang mewah. Hanya sesekali kami menikmatinya. Kalau ibu memasak telur, maka telur itu dipotong sama rata untuk anak-anaknya. Kalau memasak ayam, maka ayam itu disuwir-suwir rata untuk seluruh anak-anaknya," ujarnya.
Setiap pulang kampung ke Banyuwangi, Arief mengaku selalu ziarah ke makam ibunya. Hal itu dilakukan setiap hari, selama ia berada di kampung halaman. Biasanya ziarah dilakukan minimal pagi setelah salat subuh dan sore hari.
"Setiap kali menyentuh kuburan ibu, saya merasakan kedekatan dengannya. Mungkin di situ saya curhat ke ibu, ingin menceritakan kebahagiaan, kegalauan, berdoa, berdialog tanpa kata-kata. Bisa sejam saya duduk bersimpuh di makam ibu," katanya.
Dalam bukunya 'Great Spirit, Grand Strategy' (2013), Arief secara khusus menulis mengenai 'spirit of Ihsan'. Di situ ia ilustrasikan karakter Ihsan dengan sifat-sifat mulia dari seorang ibu.
Arief menganggap ibu adalah malaikat yang selalu menggunakan sifat Tuhan untuk mengasuh dan membesarkan anak-anaknya. Itu pula yang menginspirasi dirinya untuk berpikir tanpa pamrih, tanpa harap, semua penuh kasih dan sarat cinta. Dirinya menganggap semakin banyak memberi, semakin banyak menerima.
"Saya bukan ahli agama. Tapi saya berpendapat membahagiakan ibu itu nomor satu. Itu adalah kewajiban utama seorang anak. Bahkan, menurut saya, kita tak boleh berzakat sebelum setor ke ibu," ungkapnya.
Karena itu, ketika menerima gaji pertama sebagai karyawan, ia memberikannya ke ibu. Arief masih ingat saat itu ibunya menangis bahagia.
"Gaji saya seamplop-amplopnya dibawa ke kamar untuk ditunjukkan ke bapak," tuturnya.
"Jadi kalau saya dianggap sebagai orang sukses, maka saya lebih senang dan bangga jika dikenang sebagai orang yang sukses membahagiakan ibu," pungkasnya. (prf/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!