Video penerbangan zero gravity dengan armada Cessna 172 milik salah pilot Vincent Raditya viral di internet. Konten tersebut menimbulkan kontradiksi. Salah seorang berpendapat bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan, namun pihak lain merasa hal itu masih dalam batas aman.
Sebenarnya, zero gravity adalah sebuah momen di mana tubuh tidak merasa ada beban atau melayang bebas. Hal ini, umumnya terjadi pada astronot yang sedang berada di luar angkasa. Meskipun, pada saat di bumi, seseorang pun juga bisa merasakannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Fadjar Nugroho, pilot sekaligus instruktur penerbangan menjelaskan soal sejumlah pesawat dengan kapasitas manuver masing-masing. Setiap pesawat memiliki ketahanan beban yang berbeda-beda.
"Ada beberapa kategori pesawat, yang paling sering anda lihat dipakai secara umum untuk latihan, ada yang bilang capung, pesawat latihan ini masuk kategori normal atau utility category. Ada pesawat aerobatic category, commuter category bisa menampung sampai 19 kursi penumpang. Ada kategori transport, contohnya Airbus a330 wide body, a330-200, masuk trabnsport category," ujarnya dalam sebuah video di akun Instagram resminya.
Fadjar menjelaskan, bahwa pesawat jenis utility category, termasuk Cessna 172 dapat menahan beban zero gravity.
"Dari kategori itu (normal category) pesawat punyaa tanggungan atau load tertentu, normal diwajibkan menahan beban 3,8 g dan -1,52 g. Apapun beban yang dtahan oleh pesawat antara -1,52g sampai +3,8 g manuver aman. Di luar +3,8 dan di bawah -1,52 diluar sertifikasi yanbg diberikan," tambahnya.
detikcom pun menghubungi Ziva Narendra Arifin, seorang pakar penerbangan yang juga menjadi President Director Aviatory Indonesia.
Menurut Ziva, dari segi keamanan dan regulasi hal ini masih aman untuk dilakukan. Ditambah, faktor pelaku atau seseorang yang mengoperasikan pun sudah ahli di bidangnya.
"Jadi gini, kapasitasnya dulu kita lihat. Dalam sehari-harinya Captain Vincent bekerja sebagai pilot Airline, tapi dalam video terkait beliau berperan sebagai pilot rekreasi. Kapasitasnya dibedakan dulu," ujarnya saat dihubungi detikcom Senin (20/5/2019).
![]() |
Ziva mengatakan, bahwa posisi kapten pesawat di dalam video tersebut membawa penumpang untuk tujuan rekreasi. Tidak sebagai pekerjaannya yang membawa penumpang komersil dalam sebuah maskapai. Lalu, bagaimana dengan keamanan dan peraturannya?
"Zero gravity sebenarnya boleh-boleh saja dalam arti sang pilot memiliki pengalaman dan kecakapan untuk mensimulasikan manuver tersebut. Jadi, kalau misalnya dari secara teknis operasi sah-sah saja. Kembali lagi, sang pilot memang memahami konsep manuver zero gravity karena teknik tersebut bukanlah manuver ekstrem tetapi mensimulasikan kondisi daya gravitasi 0 (zero). Tentunya juga harus mepertimbangkan keselamatan penumpang. Sebagai Pilot in Command (PIC) keselamatan harus diperhatikan. Namun harus diingat kembali bahwa penerbangan rekreasi memiliki tolak ukur regulasi yang cukup berbeda dengan penerbangan komersil (airline)." tambah Ziva.
Ziva juga menambahkan bahwa pesawat yang digunakan juga harus jelas kepemilikannya. Jika pesawat tersebut difungsikan untuk rekreasi, maka harus dijamin dan tidak digunakan secara komersil.
"Yang tidak boleh kalau mereka sebagai penumpang komersil biasa. Kalau misalnya patungan, terus ingin recreational flight, ya sah-sah saja. Yang tidak boleh juga kalau pesawatnya bukan pesawat rekreasi. Kalau milik flying school dan pribadi sah-sah saja selama faktor keselamatan diperhatikan," tambahnya.
Selain itu, pilot yang mengoperasikan juga harus jelas pengalamannya. Ditambah, pengoperasiannya juga harus dalam peraturan yang ada, tidak boleh di luar dari regulasi tersebut.
"Zero gravity kan sebuah manuver di pesawat manapun untuk melihat bahwa teknik 0g itu seperti apa, nggak hanya di luar angkasa tapi manuver ini menunjukan teori fisika bahwa 0g itu bisa dicapai oleh pesawat kecil bahkan dalam ruang atmosfer. Melakukannya juga harus mematuhi aturan tidak boleh di atas pemukiman tinggi, perkotaan, pada umumnya ketinggian 4.000-5.000 kaki diatas permukaan tanah. Penumpangnya juga harus di brefing" papar Ziva.
Selain itu, detikcom juga menghubungi pakar penerbangan sekaligus anggota Ombudsman RI, Alvin Lie. Menurut Alvin, penerbangan zero gravity tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Hal ini, karena kondisi pesawat yang menukik sehingga seolah-olah gravitasi tidak terasa lagi.
"(Zero gravity) tidak bisa dilakukan sembarang orang terlatih khusus, itu untuk latihan astronot. 0 gravity kan dibuat, simulasi, sebab ketika ketika terbang di luar angkasa bumi ketika daya gravitasi tidak terasa lagi," ujar Alvin.
"Untuk membuat simulasi itu dengan ketinggian 60 ribu dengan menukik cepat sehingga seolah-olah tidak ada gravitasi lagi. Itu pun hanya beberapa detik, karena menukiknya tinggi. Dalam beberapa detik untuk latihan, para pilot tempur, astronot, pada saat itu fungsi tubuh juga berubah, ini kaki di bawah skrg kaki di atas, untuk orang awam, bisa diorientasi kalau tidak terlatih," papar Alvin.
Alvin mengatakan zero gravity tidak untuk dilakukan untuk jenis pesawat cessna, hal ini, menurutnya, dapat berakibat fatal terhadap nyawa.
"Tidak boleh itu untuk konstruksi pesawat seperti itu. Melanggar peraturan keselamatan, kaitannya sama nyawa," tambahnya.
BACA JUGA: Baru Mendarat, Penumpang Ini Langsung Loncat dari Pesawat
Pengalaman zero gravity dalam penerbangan ini umumnya memang dijadikan sebuah rekreasi atau joy flight. Sejumlah orang yang berpengalaman, melakukan hal ini hanya untuk kesenangan.
Di platform YouTube misalnya, zero gravity seringkali digunakan untuk bersenang-senang dan mencoba kehilangan beban saat berada di udara. Ada juga yang merasakannya untuk aerobatic flight atau atraksi khusus. Bagaimana menurut traveler? (sna/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan