Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar Oneng Setya Harini mengatakan hal tersebut harus ditangkap pemerintah daerah, sebab pariwisata memiliki efek positif yang menguntungkan hingga masyarakat bawah.
"Untuk mengembangkan sektor pariwisata, perlu ada kesepakatan atau komitmen dari semua pihak. Bukan hanya oleh pelaku pariwisata, tetapi harus pula didukung pemerintah setempat, termasuk masyarakat secara umum," kata Oneng dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya masyarakat bisa diberdayakan untuk membuat suvenir, atau minimal turut menjaga potensi budaya dan alam yang ada di daerahnya. Selain itu bersikap ramah pada pendatang juga merupakan bentuk kepedulian masyarakat di sektor pariwisata.
Dari kegiatan ini, ia berharap akan ada pola perjalanan yang secara bertahap bisa ditawarkan kepada wisatawan atau pasar. Apapun hasilnya harus ada evaluasi dan ditindaklanjuti secara konsisten.
"SDM masyarakat harus ditingkatkan, sehingga mampu membaca dan menangkap peluang. Terkadang, banyak potensi pariwisata yang terabaikan hanya karena kita kurang paham bahwa itu bisa dikemas menjadi hal menarik dan bisa dijual," ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan pola perjalanan yang digarap adalah pola perjalanan yang sudah memiliki pasar, harus jelas peminatnya siapa. Begitu pun jika membuat produk wisata.
Oleh sebab itu menurutnya perlu sesekali dilakukan kajian wisatawan. Pelaku pariwisata harus tahu minat wisatawan saat ini.
Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani menjelaskan pola perjalanan akan mempermudah wisatawan untuk menentukan arah liburan, agenda menjadi lebih tertata, dan pelaku pariwisata pun lebih gampang memberikan story telling.
"Pola perjalanan akan membuat waktu kunjungan lebih efektif. Misal ada turis yang hanya singgah selama sehari. Pelaku pariwisata atau guide bisa langsung menentukan destinasi mana saja yang bisa dijangkau dalam waktu sesingkat itu," terang Giri.
Di sisi lain, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan pariwisata adalah kunci pembangunan, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Setidaknya ada beberapa alasan kenapa sektor pariwisata patut didorong perkembangannya.
"Pertama, dengan meningkatnya destinasi dan investasi pariwisata di Indonesia, menjadikan pariwisata sebagai faktor kunci dalam pendapatan ekspor. Termasuk penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha, dan infrastruktur," jelas Arief.
Kedua, pariwisata telah mengalami ekspansi dan diversifikasi secara berkelanjutan. Sehingga menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar yang mengalami pertumbuhan tercepat di dunia.
Hal tersebut dibuktikan dengan meskipun negara-negara di dunia mengalami krisis global beberapa kali, namun jumlah orang yang melakukan perjalanan wisata di tingkat internasional menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun.
"Dalam skala global, sektor pariwisata mampu mempertahankan pertumbuhan. Antara lain ditunjukkan dengan pertumbuhan terhadap PDB 0,2 persen, ekspor dunia 2,3 persen, dan pertumbuhan jumlah wisatawan dunia mengalami kenaikan 0,4 miliar," katanya.
Ia juga menegaskan sektor pariwisata menjadi prioritas nasional dalam RPJM 2015-2019, dengan target 20 juta wisatawan mancanegara, dan 275 juta wisatawan nusantara di akhir periode. Selain itu, pariwisata juga ditargetkan menjadi penyumbang devisa sebanyak Rp 260 triliun. (prf/mpr)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol