Sejak zaman nenek moyang, koteka telah dipakai oleh pria suku Dani, suku Mee, suku Amungme, Suku Lani, Suku Yali dan Suku Mek yang mendiami tanah Papua.
Bagi masyarakat adat Papua, kehadiran koteka dari buah labu sebagai alat pembungkus alat kelamin pria telah menjadi bagian adat yang tak terpisahkan sejak dini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Generasi muda di pegunungan tengah Papua saat ini, sebagian tidak berkoteka dari usia balita hingga dewasa bahkan sebagian dari mereka tidak mengetahui tentang budaya berkoteka yang merupakan warisan nenek moyang," ujar Hari kepada detikcom, Senin (5/8/2019).
BACA JUGA: Tahukah Kamu Operasi Koteka?
Dijelaskan lebih lanjut oleh Hari, di masa mendatang keberadaan labu bahan dasar koteka disebutnya akan mengalami pergeseran makna. Dari yang tadinya merupakan bagian esensial dari budaya adat Papua, menjadi sayur hingga souvenir semata.
"Pada masa mendatang dikhawatirkan labu pembuat koteka hanya akan menjadi sayur untuk dikonsumsi, sebagai obat tipes atau obat sakit tenggorokan, serta koteka dijual sebagai suvenir," ujar Hari.
Apabila traveler bertandang ke Papua kini, tak sulit untuk menjumpai koteka sebagai komoditi jualan. Di Jayapura misalnya, ada Pasar Hamadi yang terkenal sebagai tempat beli oleh-oleh khas Papua.
![]() |
Di sepanjang Jalan Sentral Hamadi berjajar toko cinderamata yang menjual koteka berbagai ukuran, noken atau tas khas Papua. Untuk koteka, harganya disesuaikan dengan ukuran, motif serta hiasannya. Yang paling biasa atau koteka polos misalnya, masih dapat dibeli dengan harga Rp 30 ribuan.
Kalau singgah ke Sorong usai pelesir ke Raja Ampat, traveler juga bisa mencari koteka di Pegunungan Arfak. Jangan tertipu, Pegunungan Arfak merupakan salah satu toko suvenir khas Papua yang terkemuka di Sorong.
BACA JUGA: Orang-orang yang Pertama Kali Lihat Koteka: Panjang Ya!
Seperti di Pasar Hamadi, traveler juga bisa menjumpai berbagai suvenir khas Papua seperti koteka, noken, gelang hingga kerajinan kayu khas Suku Asmat.
Pada akhirnya, membeli suvenir koteka mungkin dapat menjadi salah satu cara untuk memelihara kesadaran akan koteka sebagai adat budaya Papua yang perlu dilestarikan.
(bnl/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum