Suku Dayak Lundayah terkenal sebagai suku pemberani yang tak kenal takut. Mereka tanpa ragu menyerang musuh. Suku ini bahkan dikenal sebagai pemburu kepala musuh serta memakan jantung dan hati musuhnya.
Namun itu dulu. Tindakan memenggal kepala musuh sudah tidak lagi digunakan oleh Suku Dayak Lundayah. Sekarang mereka sudah seperti warga kebanyakan yang patuh akan hukum adat dan kenal dengan peraturan pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, merujuk pada cara hidupnya di masa lalu itu, Suku Dayak Lundayah menyimbolkan hidupnya seperti buaya. Ada makna mendalam atas hewan buaya bagi suku ini.
Tim Tapal Batas detikcom berkesempatan datang ke Krayan, Kalimantan Utara. Di sinilah kamu bisa menemukan Suku Dayak Lundayah sebagai suku asli yang menetap di pedalaman hutan Kalimantan tersebut.
![]() |
Di sana, saya bertemu dengan Alex Balang, Ketua Komisi Ekowisata Forum Masyarakat Adat Dataran Tinggi Borneo (FORMADAT). Dia pun berbagi cerita tentang simbol kebanggaan Suku Dayak Lundayah ini.
"Buaya itu lambang Lundayah. Buaya adalah hewan pemberani dan penguasa yang menunjukkan bagaimana karakter orang Lundayah," ujar Alex pembuka cerita.
Asal mula penggunaan hewan buaya sebagai simbol Lundayah sejatinya tidak diketahui persis. Tapi perangai satwa itu, plus tubuhnya yang besar dan kokoh sepertinya bisa perwakilan yang pas buat Suku Dayak Lundayah.
Berdasarkan cerita yang disampaikan oleh Alex, berikut karakteristik Lundayah yang disimbolkan dengan sifat dan fisik buaya.
1. Buaya adalah hewan pemberani dan sigap
Buaya dikenal sebagai hewan yang tidak memiliki rasa takut di hadapan musuh, sekalipun lawan punya ukuran tubuh yang lebih besar. Kapan pun, dia akan siap sedia menyerang.
Dalam bertahan, buaya menggunakan segenap tenaga dan seluruh badannya untuk menyerang dan mempertahankan diri. Mulai dari kepala, ekor, sampai kulit bisa dia gunakan sebagai senjata atau alat pertahanan diri.
"Karena Orang Lundayah pemberani dan tak kenal takut, dukun-dukun yang dulu terkenal di Bali ataupun Jawa takut dengan Lundayah. Karena mereka dikenal dengan pemakan manusia, mereka akan memenggal kepala musuhnya dan memakan jantung dan hatinya," ungkap Alex.
Karakter buaya yang berani inilah yang melambangkan warga Lundayah. Mereka yang hidup di pedalaman dan daerah pegunungan harus siap dengan segala keadaan dan tantangan yang kapan pun bisa terjadi.
2. Hidup di dua alam
Keunggulan dari buaya adalah kemampuannya hidup di dunia alam yaitu air dan darat. Walaupun banyak hewan lain yang mampu bertahan di dua dunia seperti katak, tapi yang punya keberanian dan kuat hanyalah buaya.
Demikian pula dengan warga Lundayah. Komunitasnya yang juga sudah tersebar mencerminkan bahwa mereka mampu beradaptasi dan bertahan di mana saja.
3. Seluruh bagian tubuhnya bisa jadi senjata
Saat menyerang maupun bertahan di hadapan lawan, buaya menggunakan ekor, kulit, badan, serta rahang. Ini menunjukkan daya tahan dan keberanian Lundayah. Mereka juga dapat memanfaatkan segala potensi diri dan membaca lingkungan atau situasi.
4. Setia
Buaya hanya memiliki satu pasangan saja seumur hidupnya dan bila pasangannya itu mati dia tidak akan mencari pasangan lagi. Nah, Lundayah pun tidak mengenal budaya nikah lebih dari satu kali.
5. Memiliki sifat tenang
Buaya begitu tenang saat mengintai dan mendekati objek yang jadi incaran. Musuhnya pun terlena dan tidak merasakan adanya ancaman. Begitu juga dengan warga Lundayah yang rata-rata tetap tenang, yakin, dan berani dalam menghadapi semua tantangan dan fokus dalam mencapai tujuannya.
Secara filosofis, lima poin di atas tersebut dikatakan mewakili sifat orang Lundayah dan didapati pula pada buaya. Tak heran jika di kawasan Dayak Lundayah, traveler bisa menemukan patung-patung buaya. Seperti yang detikcom temukan di depan Kantor Desa Liang Butan, atau tepatnya di depan rumah Alex.
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol