Begitulah temuan dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat. Diintip detikcom dari CNN, Rabu (13/11/2019), studi tersebut memberikan data terbaru tentang Gurun Sahara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah melewati penelitian ini, Gurun Sahara yang kita kenal tak lagi sama. Peneliti MIT menemukan banyak bukti bahwa Gurun Sahara mengalami perubahan iklim.
Hal ini didasari oleh pengamatan terhadap debu dari Pantai Afrika Barat selama 240 tahun terakhir. Hasilnya diketahui bahwa iklim Gurun Sahara berubah setiap 20 ribu tahun sekali.
![]() |
Hanya ada dua iklim yang akan dialami oleh gurun cantik ini, yaitu basah dan kering. Saat ini diketahui iklim Gurun Sahara sedang berada di iklim basah.
"Hasil kami menunjukkan bahwa sejarah iklim Afrika Utara dominan dalam 20 tahun ini, bolak-balik antara Sahara hijau dan kering," kata David McGee, profesor rekanan di Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planetarium MIT.
Dengan luas 9,3 juta km persegi, Sahara puas jadi area yang menakutkan bagi banyak orang. Tapi ternyata gurun ini tak selalu panas dan kering.
Baca juga: Foto: Pemandian Terpencil Cleopatra |
Bukti penelitian berupa fosil dan lukisan batu juga menjadi acuan bagi peneliti. Dari bukti tersebut diketahui bahwa Gurun Sahara bisa memiliki iklim yang sangat basah.
Seperti yang kita ketahui, Gurun Sahara sudah tiga kali mengalami salju dalam 4 dekade. Iklim ini akan memungkinkan tumbuhan dan hewan untuk tumbuh dan berkembang di area gurun. Bahkan Gurun Sahara mungkin bisa menjadi tempat tinggal manusia.
Penelitian terbaru ini menjadi hal berharga dan patut diapresiasi. Siapa tahu Gurun Sahara bisa benar-benar jadi pemukiman.
(bnl/krs)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!