"Dahulunya pribumi dengan kaum ningrat dibedakan ruang tunggunya. Yang bagian kiri yang di pintu bar itu untuk kaum ningrat dan Belanda. Sedangkan bagian sebelah kanan, untuk pribumi," ungkap Reynold Parulian Napitupulu, Assistant Manager Documentation, Education, and Promotion KAI saat ditemui detikcom di Stasiun Tanjung Priok.
Inlander, itulah sebutan dari Belanda untuk pribumi atau penduduk asli Indonesia dahulunya. Adapun bagian kiri dan kanan yang dimaksud oleh Reynold adalah ruang tunggu yang berada di sayap kiri dan kanan dari Stasiun Tanjung Priok bila kamu masuk dari pintu utama stasiun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom pun mencoba masuk ke ruangan yang dahulunya menjadi ruang tunggu Inlander. Tidak ada pintu cantik atau pintu bar seperti yang ada di ruang tunggu Ningrat. Tidak ada meja bar di sana.
Hanya ruang kosong saja. Namun menurut denah stasiun dahulunya di sini juga restoran dan buffet. Terdapat 3 pintu di ruangan tunggu yang bisa digunakan untuk menuju ke restoran. Ada juga toilet yang dibedakan berdasarkan gendernya.
Namun sayang sekali, detikcom tidak bisa masuk ke dalam restoran dan hanya bisa melihat bagian pintu yang menuju restoran dari ruang tunggu saja.
detikcom pun mencoba membayangkan seperti apa dahulunya kaum pribumi alias Inlander menunggu kereta. Apakah mereka duduk melantai saja? Dempet-dempetan dan memilih menu biasa saja saat di restoran? Apa yang mereka bawa saat bepergian di kereta? Apakah mereka di awasi tentara saat makan? Entahlah...
Dari arah pintu masuk ruang tunggu inlander, terlihat pintu bar yang ada di sayap bangunan satunya. Ah, betapa nyamannya menjadi kaum ningrat. Pintu masuknya ada kayu khusus, di dalamnya ada bar dan juga lantai dansa.
Sedangkan di ruang tunggu pribumi, tidak ada pintu spesial. Hanya 3 lubang besar di tembok yang berbentuk pintu masuk saja. Dari segi ukuran ruangan, ruang tunggu inlander dan Ningrat sama saja. Karena pengaruh dari desain art deco yang geometris.
"Luas ruangan inlander dengan ningrat sama saja karena desain bangunan bergaya art deco yang sis bangunannya menjadi geometris. Yang membedakan dua ruang tunggu ini adalah fasilitas di dalamnya," ujar Reynold.
Sekarang kondisinya sudah berbeda. Ruang tunggu inlander sudah ada bangku dan terlihat beberapa warga bersantai di sana. Ada yang sibuk bercengkerama dan ada pula yang tiduran di atas bangku menunggu kereta.
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!