Di Stasiun Tanjung Priok Zaman Old, Pribumi Nunggu Kereta di Sini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Di Stasiun Tanjung Priok Zaman Old, Pribumi Nunggu Kereta di Sini

Syanti Mustika - detikTravel
Senin, 18 Nov 2019 23:25 WIB
Stasiun Tanjung Priuk (Syanti Mustika/detikcom)
Jakarta - Pembagian kelas sosial di Stasiun Tanjung Priok zaman old dahulu kala sangat kentara. Penumpangnya dipisahkan berdasarkan kelas sosial dengan fasilitas yang tentu saja berbeda.

"Dahulunya pribumi dengan kaum ningrat dibedakan ruang tunggunya. Yang bagian kiri yang di pintu bar itu untuk kaum ningrat dan Belanda. Sedangkan bagian sebelah kanan, untuk pribumi," ungkap Reynold Parulian Napitupulu, Assistant Manager Documentation, Education, and Promotion KAI saat ditemui detikcom di Stasiun Tanjung Priok.

Inlander, itulah sebutan dari Belanda untuk pribumi atau penduduk asli Indonesia dahulunya. Adapun bagian kiri dan kanan yang dimaksud oleh Reynold adalah ruang tunggu yang berada di sayap kiri dan kanan dari Stasiun Tanjung Priok bila kamu masuk dari pintu utama stasiun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ruang tunggu pribumi dahulunya (Syanti/detikcom)Ruang tunggu pribumi dahulunya (Syanti/detikcom)

detikcom pun mencoba masuk ke ruangan yang dahulunya menjadi ruang tunggu Inlander. Tidak ada pintu cantik atau pintu bar seperti yang ada di ruang tunggu Ningrat. Tidak ada meja bar di sana.

Hanya ruang kosong saja. Namun menurut denah stasiun dahulunya di sini juga restoran dan buffet. Terdapat 3 pintu di ruangan tunggu yang bisa digunakan untuk menuju ke restoran. Ada juga toilet yang dibedakan berdasarkan gendernya.

Namun sayang sekali, detikcom tidak bisa masuk ke dalam restoran dan hanya bisa melihat bagian pintu yang menuju restoran dari ruang tunggu saja.

detikcom pun mencoba membayangkan seperti apa dahulunya kaum pribumi alias Inlander menunggu kereta. Apakah mereka duduk melantai saja? Dempet-dempetan dan memilih menu biasa saja saat di restoran? Apa yang mereka bawa saat bepergian di kereta? Apakah mereka di awasi tentara saat makan? Entahlah...

Pintu masuk ke ruangan tunggu Irlamder (Syanti/detikcom)Pintu masuk ke ruangan tunggu Irlamder (Syanti/detikcom)

Dari arah pintu masuk ruang tunggu inlander, terlihat pintu bar yang ada di sayap bangunan satunya. Ah, betapa nyamannya menjadi kaum ningrat. Pintu masuknya ada kayu khusus, di dalamnya ada bar dan juga lantai dansa.

Sedangkan di ruang tunggu pribumi, tidak ada pintu spesial. Hanya 3 lubang besar di tembok yang berbentuk pintu masuk saja. Dari segi ukuran ruangan, ruang tunggu inlander dan Ningrat sama saja. Karena pengaruh dari desain art deco yang geometris.

"Luas ruangan inlander dengan ningrat sama saja karena desain bangunan bergaya art deco yang sis bangunannya menjadi geometris. Yang membedakan dua ruang tunggu ini adalah fasilitas di dalamnya," ujar Reynold.

Sekarang kondisinya sudah berbeda. Ruang tunggu inlander sudah ada bangku dan terlihat beberapa warga bersantai di sana. Ada yang sibuk bercengkerama dan ada pula yang tiduran di atas bangku menunggu kereta.




(sym/krs)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Stasiun Peninggalan Belanda
Stasiun Peninggalan Belanda
15 Konten
Stasiun-stasiun kereta di Jakarta dan sekitarnya, tak sekadar tempat menunggu kereta. Ada sejarah panjang dari zaman Belanda yang tersimpan rapi di sana.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads