Misi MRT Jakarta Ubah Budaya Transportasi Warga Jakarta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Misi MRT Jakarta Ubah Budaya Transportasi Warga Jakarta

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Rabu, 20 Nov 2019 18:45 WIB
Ilustrasi Stasiun MRT (Pradita Utama/detikcom)
Jakarta - Mengubah budaya transportasi warga Jakarta dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum tidak mudah. Bagi pihak MRT Jakarta, 4 bulan pertama adalah pertaruhan.

Sebagai kota metropolitan, setiap harinya DKI Jakarta juga didatangi jutaan orang yang datang untuk mengadu nasib atau mencari nafkah. Untuk informasi, DKI Jakarta diketahui memiliki populasi sekitar 10,7 juta warga.

Menurut data dari pihak MRT Jakarta, jumlahnya pun meningkat pesat saat pagi di mana jalanan Jakarta dipenuhi oleh sekitar 14,5 juta warga dan menurun jadi 10,1 juta warga di malam hari. Ada jutaan warga dari daerah-daerah penunjang di sekitar Jakarta yang ikut mengadu nasib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MRT Jakarta yang Mengubah Budaya Transportasi Warga Jakarta Kemacetan Jakarta (Pradita Utama/detikcom)

Dalam dinamikanya, sekitar 76% warga masih menggunakan kendaraan pribadi. Sisanya yang sekitar 24% adalah pengguna transportasi publik.

Kondisi jalanan yang terbatas serta kendaraan umum yang belum mumpuni pun diperparah dengan fakta bahwa hanya sekitar 16% moda transportasi masal yang bisa diakses oleh warganya dalam jarak 1 Km dari kediaman mereka.

Belum lagi kontribusi polusi dari kendaraan yang diketahui menyumbang 80% populasi di Jakarta. Menyoroti masalah tersebut, pihak MRT Jakarta pun hadir sebagai salah satu solusi untuk mengurai masalah tersebut.




Dalam presentasinya Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi MRT Jakarta, Tuhiyat, saat paparan pendanaan proyek di Kantor MRT Jakarta, Gedung Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Selasa (19/11/2019), ia menyebut ada begitu banyak tantangan untuk mengubah budaya tersebut. Khususnya untuk mengajak warga Jakarta memakai moda transpotasi masal seperti MRT.

"Empat bulan pertama kita mengubah budaya orang. Itu awal-awal luar biasa, ada yang tiduran, makan nasi bungkus, masih baru. Kita pelan-pelan mengeducate budaya," ujar Tuhiyat.

MRT Jakarta yang Mengubah Budaya Transportasi Warga Jakarta Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi MRT Jakarta, Tuhiyat (Randy/detikcom)

Mulai dari mengingatkan warga untuk mengantre di lajur kiri lift hingga berdiri di garis yang telah ditentukan, sejumlah budaya baru yang hadir di MRT Jakarta dan perlu disesuaikan oleh warga Jakarta. Tuhiyat pun menjadikan Singapura sebagai contohnya.

Singapura yang juga mempunyai MRT kerap dikunjungi wisatawan yang liburan ke sana. Nyatanya, mereka pun akhirnya terbiasa dengan aturan disiplin di sana.

"Nyatanya kalau ke Singapura bisa kok. Itu tantangan manajemen. Kita hire volunter, 4 bulan pertama kita berhasil cukup cepat. Kita harus sabar melakukan edukasi," ujar Tuhiyat.

MRT Jakarta yang Mengubah Budaya Transportasi Warga Jakarta Warga yang mengantre di Stasiun MRT (Rengga Sancaya/detikcom)

Yang kedua, pihak MRT Jakarta pun berusaha untuk menerapkan cashless society atau masyarakat tanpa uang tunai. Mulai dari transaksi dan lainnya, diterapkan kartu elektronik tanpa uang tunai demi mempermudah transaksi.

Berikutnya, pihak MRT Jakarta juga mulai menanamkan budaya jalan bagi para pemakai jasa dan warga Jakarta. Apabila negara dengan MRT seperti Singapura dan Hong Kong bisa, sejatinya hal itu juga bisa diterapkan di Indonesia.

"Ketiga kita mau membudidayakan jalan. Itu luar biasa, memperbaiki pedestrian sepanjang ASEAN Thamrin," ujar Tuhiyat.




Didukung Masyarakat

Upaya MRT Jakarta untuk mengubah budaya transportasi warga Jakarta itu pun ikut didukung oleh masyarakat dan stakeholder lain. Salah satunya adalah akun Instagram @darihaltekehalte atau DHKH.

"Yang bisa kami sampaikan adalah bahwa sedikit atau banyak, usaha DHKH untuk mempromosikan penggunaan transportasi umum ditanggapi positif oleh sebagian HalTeman (followers) DHKH yang biasanya disampaikan lewat komentar pada pos atau DM (direct message)," ujar admin DHKH saat dihubungi detikcom terpisah, Rabu (20/11/2019).
View this post on Instagram

A post shared by Dari Halte Ke Halte (@darihalte_kehalte) on Jun 5, 2019 at 10:30pm PDT


Lewat akun Instagramnya, pihak DHKH ikut membantu pihak MRT Jakarta untuk mengubah budaya transportasi masyarakat. Salah satunya dengan cara mempromosikan UMKM hingga retail di sekitar Stasiun MRT Jakarta fase I.

"Semua ini memberi semangat bagi kami para HalteMin untuk terus bekerja memberikan informasi berbagai tempat makan/ngopi/wisata unik dan menarik, yang relatif mudah dijangkau dengan menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki," ujar admin DHKH.

Adapun, pihak DHKH juga memiliki sejumlah masukan untuk pihak MRT Jakarta. Di mana beberapa tengah dikerjakan saat ini.

"Penambahan jalur/rute, penambahan papan informasi atau signage yang mencakup informasi tempat menarik di sekitar stasiun, termasuk juga jadwal di lobi stasiun, tidak hanya di peron. Dibukanya akses langsung baik ke transit umum lain maupun akses ke gedung/pertokoan yang berada di sepanjang jalur MRT," ujar admin DHKH.

Ke depan, akan ada lebih banyak jalur hingga Stasiun MRT yang akan membelah Jakarta. Selain mengurai kemacetan, tentunya juga membuat budaya transportasi warga Jakarta yang lebih baik, ramah lingkungan dan efisien.






(rdy/rdy)

Hide Ads