Andong Keraton Solo, Tetap Bertahan Meski Digerus Zaman
Febry Kurnia - detikTravel
Minggu, 15 Des 2019 10:15 WIB
Andong yang terparkir di halaman Museum Keraton, Komplek Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Febry Kurnia/detikcom)
Solo - Andong, sarana transportasi roda empat yang ditarik kuda ini jadi primadona 30 tahun lalu. Meski demikian, keberadaan andong di Solo masih eksis hingga kini.
Berwisata ke Kota Solo pastinya akan melirik sejumlah wisata sejarah dan budaya yang ada di dalamnya. Di sana, tak jarang kita masih menemui transportasi jadul yang kerap muncul dalam film-film kolosal yang ada di Indonesia.
Salah satunya seperti yang banyak terparkir di halaman Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Sabtu (14/12/2019) kemarin. Wisatawan yang puas menengok kemegahan keraton mataram itu akhirnya bisa duduk santai sambil menikmati sejumlah bangunan cagar budaya dari bangku transportasi jadul yang ditarik kuda itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebetulan mampir ke Museum Keraton Solo, sekalian naik kereta kuda. Sekali putar dari museum, Alun-alun selatan, Pasar Klewer, Alun-alun utara Rp 100 ribu. Murah merih," kata Arnold Darmawan, 35 turis asal Jakarta yang menyempatkan naik kereta kuda itu dari depan Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Andong di Museum Keraton, Komplek Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Febry Kurnia/detikcom)
Meski datang sendirian, ia tetap bisa menikmati pemandangan yang disajikan keraton itu. Dari berkeliling dengan andong itu, dirinya bisa mengabadikan sejumlah momen menarik soal wisata keraton. Yang nantinya akan di unggah di blok pribadinya itu.
"Kalau akhir pekan saya memang semang wisata. Yah kemana yang penting bisa dapat gambar bagus. Apa lagi pak kusirnya mau berhenti di spot-spot tertentu," kata Arnold.
Cobalah naik jika mampir ke Solo (Febry Kurnia/detikcom)
Si kusir, Sri Priatmojo, 48 mengaku akhir pekan memang waktu yang paling ramai. Jika di hari normal hanya satu-dua yang naik, akhir pekan macam ini bisa sampai lima-enam tarikan. "Kalau sekali putar ya Rp 100 ribu untuk turis lokal tapi kalau turis asing ya bisa Rp 150-200 ribu. Jadi servisnya harus baik, misal kalau turisnya minta mampir dulu di lokasi tertentu di tunggu," kata dia.
Meski bukan transportasi utama seperti puluhan tahun silam, transportasi tradisional seperti Anding ini bisa tetap berdaya jika diarahkan secara tepat. Seperti sejumlah andong yang terparkir di halaman Museum Keraton Kasunanan Surakarta itu.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia