Hal itu dikatakan oleh Badan Otorita Borobudur (BOB), yang saat ini juga tengah mengembangkan travel pattern untuk menggaet wisman ke Indonesia, khususnya DIY-Jateng.
"Jadi kalau kita lihat, di Yogyakarta dan Jateng produk kita stagnan kondisinya. Dalam 3 tahun terakhir kita lihat perkembangan dari wismannya belum begitu menggembirakan," ujar Direktur Industri dan Kelembagaan Pariwisata BOB Bisma Jatmika, saat jumpa pers akhir tahun BOB di Jalan Soragan, Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menyoal angka kunjungan wisman ke DIY-Jateng tahun ini, Bisma belum bisa mengungkapkan secara gamblang. Tapi ia menyebut angka kunjungan wisman dalam 2 tahun terakhir lebih dari 1 juta orang.
"Tahun ini belum rilis (jumlah kunjungan wisman ke DIY-Jateng). Tapi untuk tahun 2017 dam 2018 angkanya sekitar 1,2 juta untuk mancanegara," ucapnya.
Menurutnya, hal itu karena masih minimnya travel pattern melalui platform digital untuk wisman yang berkunjung ke DIY-Jateng. Karena itu, pihaknya saat ini tengah berupaya untuk membuat travel pattern yang menarik.
Baca juga: Ini 5 Wisata Kekinian di Yogyakarta |
"Jadi mungkin ke depannya, kita fokus untuk membuat travel pattern, dengan tujuan untuk memberikan pengalaman kepada travellers yang datang (ke DIY-Jateng). Karena travelers yang datang terdiri dari small group travellers, dan mereka bikin sendiri kegiatannya, jadi agak sulit mengarahkannya," ujarnya.
"Kita juga akan buat produk yang lebih menarik lagi, khususnya dari digital platform. Dengan produk yang lebih variatif, harapannya bisa menaikkan long stay travellers," imbuh Bisma.
Selain itu, untuk mendukung travel pattern, ia menyebut akan membenahi sumber daya manusia (SDM), khususnya SDM untuk menemui tamu dan mengenalkan beragam pariwisata di DIY-Jateng. Tak hanya itu, ia juga akan meningkatkan kualitas atraksi di tempat wisata guna menggaet wisman melalui travel pattern.
"Contoh, milenial itu bikin travel pattern sebulan sebelum berangkat. Jadi kita perlu konten yang bagus, dan konten itu menjual experiencenya. Misal, kita punya Borobudur, pada abad ke 7-8 kan (memasuki budaya) Budha lalu ke Hindu sampai Boko. Jadi seperti perjalanan ke candi-candi bersejarah," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Utama BOB Indah Juanita mengatakan bahwa stagnannya jumlah kunjungan wisata karena kurangnya masa tinggal wisman di DIY-Jateng. Menurutnya, hal itu karena belum ada hal baru di sektor pariwisata DIY-Jateng.
![]() |
"Penyebabnya belum ada destinasi yang baru dan lebih menarik. Semuanya pada posisi yang sudah berkembang selama beberapa tahun terakhir, tapi kalau dilihat dari grafiknya bentuknya sudah mature ya," katanya.
Namun, ia optimistis jumlah kunjungan wisman ke DIY-Jateng akan meningkat seiring bertambahnya fasilitas baru. Bahkan ia menyebut salah satu fasilitas itu sudah ada, yakni Yogyakarta International Airport (YIA) di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.
"Jadi kita harus bisa menambah pertumbuhan kunjungan dengan fasilitas yang baru, salah satunya YIA. Karena dengan kapasitas (bandara) besar bisa mendatangkan turis lebih banyak," kata Indah.
Nantinya, hal tersebut akan dibarengi dengan penyediaan travel pattern yang menarik melalui travel agent dan hotel. Hal itu agar wisman tidak menjadikan DIY-Jateng sebagai tempat transit saja.
"Jadi biar saat mereka keluar airport itu tidak bingung mau ngapain. Salah caranya dengan menciptakan travel pattern. Misal orang turun di airport, dia tahu kalau sehari di sini dapat ini, 2 hari dapat ini dan 3 hari dapat ini, karena itu kita akan buat travel pattern yang lebih baik," katanya.
Menyoal kapan travel pattern DIY-Jateng rampung, Indah belum bisa mengungkapkannya. Mengingat untuk merancang travel pattern cukup memakan waktu. "Sedang dikerjakan, karena kita kan harus kerjasama dengan travel agent juga," ujar Indah.
(krs/wsw)
Komentar Terbanyak
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!
Wapres Gibran di Bali Bicara soal Pariwisata, Keliling Pasar Tradisional