Efek tsunami Anyer yang melanda 22 Desember 2018 juga dialami oleh warga. Penghasilan usaha yang biasa mengandalkan wisatawan ambruk karena pantai sepi.
Penjual aneka minuman segar, Asnawati, warga Cibeureum, Kecamatan Cinangka, Serang mengaku sulit mendapat untung dari hasil jualan. Sebelum tsunami Selat Sunda, sehari ia dan suami bisa mendapat untung Rp 200-300 ribu dari hasil jualan. Tapi belakangan, ia cuma mendapat Rp 20 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di akhir pekan bahkan untung dari jualannya bisa sampai Rp 1 juta. Uang sebanyak itu ia gunakan untuk membayar cicilan kendaraan termasuk biayai anak sekolah. Lagi-lagi, manisnya berjualan ke wisatawan tak pernah ia rasakan selama setahun tsunami.
![]() |
"Sekarang sepi, nggak kebayar hutang karena keteter," katanya sambil mengeluh.
Begitu pun yang dirasakan Marawan penjual baso di Pantai Mercusuar Bojong. Jualannya bahkan tak pernah habis pasca terjadi tsunami. Dalam sehari berjualan di pantai, ia paling cuma mendapa Rp 100 ribu.
"Sekarang boro-boro mau abis jualan, jualan paling dapat seratus ribu, itu pun setoran tujuh puluh ribu," ujarnya.
Namun menurutnya, lambat laun pengunjung sudah mulai ramai khususnya akhir pekan. Di hari-hari itu katanya mereka sangat berharap dagangannya laku.
(bri/msl)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?