Kafe di Prancis Tak Takut Perang, tapi Keok oleh Corona

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kafe di Prancis Tak Takut Perang, tapi Keok oleh Corona

Femi Diah - detikTravel
Senin, 16 Mar 2020 22:16 WIB
A picture taken on March 15, 2020 in Paris Saint-Germain-des-Pres district shows chairs piled up inside the Cafe de Flore as cafes and restaurants are closed amid spread of novel coronavirus (COVID-19). - France on March 14, 2020 drastically stepped up its measures against the spread of the coronavirus, announcing the closure of all non-essential public places including restaurants and cafes. (Photo by Philippe LOPEZ / AFP)
Cafe de Flore tutup karena virus Corona. (AFP/PHILIPPE LOPEZ)
Paris -

Cafe de Flore dan Brasserie Lipp, kafe dan restoran legendaris, tetap melayani pelanggan saat Perang Dunia II. Tapi, cafe dan resto itu tutup saat virus Corona melanda. Prancis juga tengah melawan virus Corona saat ini. Sebanyak 91 orang dari 4.500 penduduk yang terinfeksi di negara itu meninggal dunia setelah terinfeksi coronavirus.

Makanya, pemerintah penutup tempat-tempat berkumpulnya masyarakat. Termasuk, cafe, restoran, bioskop, dan sebagian besar pasar.

Cafe de Flore, Cafe yang ada di Boulevard Saint-Germain dan dibangun di pada 1880 dan menjadi tempat kongkow sastrawan sohor di Paris, termasuk Simone de Beauvoir and Jean-Paul Sartre, dan Brasserie Lipp, yang juga ada di Boulevard saint-Germain juga tutup. Pengelola menyebut menghadapi virus Corona lebih rumit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setidaknya, selama Perang Dunia II kami tahu apa yang kami hadapi. Sekarang, kami kami tak tahu siapa lawan kami," ujar salah satu pegawai di restoran khas Prancis Brasserie Lipp, Sophie Chardonnet, yang sudah mendengarkan kisah-kisah dari mulut ke mulut yang sudah berusia 140 tahun, seperti dikutip Reuters, Senin (16/3/2020)

Di seberang Boulevard Saint-Germain yang dipenuhi deretan butik, seorang karyawan di Cafe de Flore memarkir sepeda motor dan tak lama keluar kemudian meninggalkan cafe itu. Dia seolah hanya mengambil barang seperlunya untuk menjalani libur selama dua minggu.

ADVERTISEMENT

Pemandangan serupa tampak pada kafe-kafe di area itu. Jalanan sepi dan toko-toko di Paris itu kosong setelah Perdana Menteri Edouard Philippe mengumumkan pembatasan terhadap aktivitas publik di Prancis.

"Sedih sih melihat cafe ini tutup, ayo kita berharap agar ini tak berlangsung lama. Saya nggak akan mengeluh, apapun, ini buat kebaikan kita," kata Chardonnet.

Di pusat kota Paris, kawasan Marais, kawasan Yahudi, dan produsen brand asal Amerika Serikat (AS), Michael Kors, hingga Sessun Prancis juga tutup. Mereka memasang pengumuman agar pelanggan berbelanja online.

Catherine Perochon, pemilik restoran Timur Tengah Chez Marianne yang biasanya mampu menyajikan 1.000 hidangan pada hari Minggu, berencana menutup restoran itu selama satu bulan. Saat ini, restoran itu sedang bersih-bersih dan menyingkirkan bahan yang mudah rusak serta mematikan gas.




(fem/ddn)

Hide Ads