Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan di Yogyakarta, sebanyak 60 persen karyawan hotel dan restoran dirumahkan karena sepinya wisatawan. Namun, karyawan yang dirumahkan tersebut tidak di-PHK, tetapi 15 hari masuk dan 15 hari libur.
"Kondisinya seperti ini. Sudah ada 60 persen (hotel dan restoran) yang merumahkan karyawannya. Tapi untuk jumlah tenaga kerjanya kita belum ada data yang pasti," ujar Deddy saat dihubungi, Jumat (3/4/2020).
Keputusan untuk merumahkan karyawan ini melihat kondisi hotel dan restoran di Yogyakarta. Okupansi hotel saat ini bahkan tidak menyentuh angka 10 persen.
"Okupansi saat ini 0-9 persen saja," kata Deddy.
Kendati demikian, pihak hotel tidak sepenuhnya menutup operasional dan hanya mengurangi shift. Selain itu, hotel tidak menerima tamu melainkan hanya menerima reservasi.
"Hotel tetap beroperasi dengan mengurangi shift. Misalnya yang dulu ada lima (orang per shift) sekarang tinggal separuh per shiftnya. Hotel juga tetap menerima reservasi untuk bulan-bulan yang akan datang. Tapi tidak menerima tamu," katanya.
"Bukan berarti ditutup berhenti. Itu enggak. Otomatis daya operasional listrik masih ada," tambahnya.
Berdasarkan data PHRI DIY, hotel dan restoran yang tergabung dalam PHRI Yogyakarta mencapai 469. Oleh karena itu, dia pun berharap ada solusi atas bencana non alam ini seperti potongan pajak.
"Sampai saat ini baru memberikan surat ke gubernur, bupati, dan wali kota tapi belum ada solusi. Kita menunggu kita dengan sabar ikhlas dan tawakal," ucapnya.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!