Setiap negara punya tradisi Ramadhan yang unik, salah satunya Mesir yang punya kebiasaan untuk menyalakan lentera di bulan suci. Seperti apa sih tradisi ini?
Bulan suci Ramadhan yang dirayakan umat Islam seluruh dunia tak lepas dari berbagai tradisi yang melekat di setiap negara. Di Mesir, masyarakatnya memiliki tradisi menyalakan lentera yang dipasang di rumah-rumah dan di jalanan.
Karena telah menjadi tradisi turun-temurun, lentera yang dalam bahasa Arab disebut fanoos itu menjadi populer di Mesir. Menjelang Ramadhan, biasanya orang-orang akan memadati pasar untuk membeli fanoos.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fanoos yang berwarna-warni itu tak cuma indah, fanoos juga ternyata menyimpan sejarah yang menarik.
Dilansir dari Daily News Egypt, Kamis (30/4/2020), dalam sejarah Islam, Mesir merupakan negara pertama yang memunculkan ide penggunaan lentera Ramadhan. Ide itu muncul pada era negara Fatimiyah yang kemudian berpindah dari Mesir ke berbagai negara di dunia.
Pada masa itu, Khalifah Fatimiyah terbiasa untuk pergi keluar pada malam sebelum Ramadhan bersama dengan anak-anak. Masing-masing dari mereka membawa lentera untuk menerangi jalan sembari bernyanyi dalam perayaan Ramadhan.
![]() |
Dalam kisah lain dijelaskan, salah satu Khalifah Fatimiyah memerintahkan untuk memberi penerangan pada masjid-masjid sepanjang bulan Ramadhan dengan lentera dan lilin. Selain itu lentera ini juga digunakan oleh perempuan dalam perjalanan menuju masjid sambil dipimpin oleh laki-laki muda. Ini dilakukan supaya orang dapat melihat ada perempuan lewat dan memberi mereka jalan.
Selain itu, asal-usul lentera ini juga dikaitkan dengan kehadiran Mesaharaty yang berjalan sambil membangunkan orang untuk sahur. Saat itu, ia berjalan bersama seorang anak kecil yang membawa lentera.
Kendati punya cerita asal-usul yang beragam, yang pasti industri lentera di Mesir sudah muncul pada era Fatimiyah, dimana sekelompok perajin membuat lentera lalu menyimpannya sampai Ramadhan tiba.
Dalam bukunya, Al Maqrizi mengatakan,"dia mengumpulkan lima ratus perajin di lingkungan Fatimid Kairo sebelum bulan Ramadhan untuk membuat lentera."
Lentera pada masa itu terbuat dari tembaga atau jenis bahan lain yang lebih murah seperti timah dan kaca berwarna. Alasnya terbuat dari kayu yang digunakan untuk meletakkan lilin. Bentuknya makin cantik dengan sentuhan hiasan dan ukiran tangan.
Kaca lentera juga dilengkapi timah dan beberapa lubang yang membuat lilin terus menyala. Kemudian kaca, logam, dan kayu ini dikembangkan. Kaca kemudian diberi warna yang beragam kemudian bentuk dan ukurannya pun makin bervariasi.
![]() |
Di era modern seperti saat ini, ada pula lentera yang terbuat dari plastik dan dioperasikan menggunakan baterai. Lentera ini menggunakan lampu, bukan lagi lilin. Canggihnya lagi, lentera juga dilengkapi musik.
Kairo merupakan salah satu kota Islam yang dianggap paling penting dalam perkembangan industri lentera. Namun saat ini pusat industri lentera itu berada di daerah dekat Al-Azhar dan Al-Ghouriya, Bab Al-Sha'riya, dan Sayeda Zeinab.
Dari berbagai jenis lentera yang dihasilkan di sana, ada dua lentera yang terkenal yakni lentera Parlemen yang menghiasi aula Parlemen Mesir pada tahun 1930-an dan lentera Farouk yang dirancang untuk merayakan hari ulang tahun Raja Farouk.
Meskipun lentera Ramadhan berasal dari Mesir, lentera telah menjadi manifestasi bulan suci Ramadhan di berbagai negara seiring dengan penyebaran tradisi itu ke penjuru dunia.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum