Argentina menghentikan penjualan tiket untuk penerbangan komersial hingga 1 September demi memutus rantai penyebaran virus Corona. Penerbangan kargo masih diizinkan.
Keputusan itu diumumkan Senin (27/4/2020) waktu setempat. Larangan terbang itu diutamakan menunu dan dari Amerika Serikat (AS). Peraturan itu didukung oleh Administrasi Penerbangan Sipil Nasional Argentina.
Presiden Argentina, Alberto Fernandez, mengatakan mereka yang mengabaikan pembatasan akan didenda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masalahnya adalah maskapai penerbangan menjual tiket tanpa memiliki izin untuk melakukan perjalanan ke Argentina," kata juru bicara presiden Fernandez kepada berbagai media dan dikutip Lonely Planet.
Tapi, Bandara Internasional Ministro Pistarini di Argentina tetap berdenyut. Penghentian penerbangan komersial itu tak berlaku untuk penerbangan yang membawa traveler pulang ke negara asal dan untuk penerbangan kargo.
Baca juga: Kisah Warga Alaska Terkunci di Argentina |
Dengan menyetop penerbangan hingga 1 September, Argentina menjadi negara Amerika Selatan paling lama melarang penerbangan komersial. Kolombia, Peru, dan Ekuador juga melakukan hal serupa, namun tidak ada yang selama Argentina.
Saat ini, Argentina memiliki lebih dari 4.000 kasus COVID-19 yang dilaporkan dan hampir 200 kematian, menurut angka dari Universitas Johns Hopkins. Negara ini menerapkan lockdown sejak 20 Maret hingga 10 Mei.
Negara tetangga, Chile, memiliki lebih dari 13.000 kasus yang dilaporkan dan hampir 200 kematian, sementara Uruguay memiliki di bawah 1.000 kasus dan 15 kematian.
Kebijakan pemerintah itu ditentang oleh industri penerbangan. ALTA (Asosiasi Transportasi Udara Amerika Latin dan Karibia), yang mewakili sejumlah maskapai penerbangan Karibia dan Amerika Latin, memperingatkan "tantangan keuangan serius" yang akan dihadapi bandara Argentina setelah perubahan itu.
"Kami memahami situasi rumit yang dihadapi pemerintah dan prioritas nomor satu adalah untuk menjamin kesehatan dan keselamatan penduduk. Tapi, kami melihatnya sebagai tanggung jawab kami untuk mengungkapkan keprihatinan mendalam industri mengenai resolusi ini, terutama karena tidak ada proses konsultasi yang dilakukan," begitulah pernyataan ALTA dalam siaran pers
"... Kita dihadapkan dengan skenario yang sangat kompleks, dengan maskapai penerbangan harus menutup sekitar 50% dari biaya tetap mereka, tapi pada saat bersamaan tidak menghasilkan pendapatan. Sayangnya, banyak perusahaan di sektor ini tidak akan dapat bertahan jika resolusi ini dilaksanakan sesuai rencana. Oleh karena itu, kami mengulangi seruan kami untuk dialog tepat waktu dengan pihak berwenang terkait untuk memastikan kelangsungan sektor ini, untuk mendukung kesejahteraan sosial-ekonomi negara secara keseluruhan. "
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks