Vihara Avalokitesvara merupakan salah satu vihara yang unik dan cukup dikenal di kabupaten Semarang. Uniknya, hanya beberapa meter dari tembok kompleks vihara ini, terdapat makam Ki Mandung, salah satu tokoh penyebar agama Islam pengikut Ki Ageng Pandanaran.
Konon, vihara ini dulunya merupakan tempat pertapaan pendiri Kota Semarang, Ki Ageng Pandanaran. Begini asal muasal Gunung Kalong.
Nama Gunung Kalong dipercaya berasal dari kisah Ki Ageng Pandanaran dan rombongannya yang bermalam di tempat tersebut karena salah satu bekal perjalanannya kelong yang berarti kurang (berkurang). Bekal itu berkurang karena dicuri. Akhirnya tempat tersebut dinamakan Gunung Kalong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukti bahwa pendiri kota Semarang ini pernah singgah terlihat dari makam Ki Mandung yang letaknya tak jauh dari vihara. Berdasarkan keterangan sesepuh desa Susukan, Ki Mandung adalah salah satu pengikut Ki Ageng Pandanaran. Dia juga senopati yang diyakini memiliki kelebihan dan dulu bertugas menjaga bangsal kemandungan di kabupaten Semarang.
Singkat cerita, Ki Mandung bersama istrinya Nyai Mandung (makamnya bersebelahan) memutuskan untuk tinggal di Gunung Kalong untuk menyebarkan agama Islam. Ki Mandung juga berperan mendirikan pesantren di Susukan.
![]() |
Sejarah berdirinya Vihara Gunung Kalong
Seorang pertapa spiritual asal Ambarawa Joyo Suprapto saat bertapa mendapat ilham untuk membangun sebuah vihara. Maka mulai tahun 1963 dibangunlah Vihara Avalokitesvara Sri Kukusrejo Gunung Kalong. Pada 12 Juli 1965, pemerintah meresmikan vihara yang hingga saat ini dikelola oleh Yayasan Sri Kukusrejo.
Di vihara ini selalu ada kegiatan dan agenda doa-doa yang dihadiri oleh banyak kalangan dari dalam hingga luar negeri terutama bagi yang beragama Buddha. Misalnya ketika acara berdoa bersama memperingati Makco Kwan Im Poo Sat naik ke atas nirwana ketika sudah meninggalkan sifat duniawi dan menemui Sang Buddha hingga turun lagi ke bumi dengan membawa berkah bagi umat manusia.
Selain Makco Kwan In juga saat memperingati Kathina, dimana semua umat yang mengikuti ritual doa kepalanya diperciki air. Sembari umat memanjatkan doa-doa, seorang Bante berjalan menghampiri umat satu persatu untuk memercikkan air di kepalanya. Percikan air di kepala itu dipercayai untuk keselamatan para umat.
Di balik semua agenda religius, Vihara Avalokitesvara ini juga berhasil memecahkan beberapa rekor Muri dengan pembuatan replika ikan koki terbesar berukuran panjang 36 meter, tinggi 20 meter, dan lebar 16 meter. Rekor tersebut merupakan kali kedelapan setelah sebelumnya memecahkan rekor Muri untuk pembuatan lampion terbanyak (2002), replika naga terbesar (2003), teratai suci memecahkan tiga rekor (2004), dan replika ayam emas (2005).
Vihara Avalokitesvara Sri Kukusrejo Gunung Kalong ini juga menjadi tempat mendapatkan konsultasi untuk segala persoalan dari mulai perjodohan, bisnis, keluarga dan lainnya yang tidak terbatas soal keagamaan saja, bahkan ada beberapa peziarah justru berasal dari kalangan yang berkeyakinan lain. Di tempat ini juga menyediakan rumah retreat untuk menginap untuk umat yang akan mengadakan ibadah secara khusus.
Jalan menuju Vihara Gunung Kalong
Vihara Avalokitesvara Sri Kukusrejo Gunung Kalong ini lokasinya tak jauh dari lokasi Pagoda Kwan Im, Watu Gong. Dari Pagoda Kwan Im hanya sekira 2 kilometer megikuti arah Jalan Semarang-Solo. Ada petunjuk yang jelas setelah Polres Semarang, Ungaran tepat di sebelah kiri jalan terdapat ada papan nama bertuliskan Vihara Avalokitesvara Sri Kukusrejo Gunung Kalong.
---
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Christian Heru Cahyo Saputro dan sudah tayang di d'Travelers Stories.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol