Mengungkap Sejarah Subak Bali

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengungkap Sejarah Subak Bali

Femi Diah - detikTravel
Senin, 29 Jun 2020 16:19 WIB
Wahana ayunan (Swing) di Subak Tegalalang, Bali, menjadi salah satu favorit wisatawan mancanegara. Begini keseruannya.
Subak Bali Foto: Agung Pambudhy
Jatiluwih -

Sistem perairan subak di Jatiluwih, Bali diperbincangkan setelah dipilih sebagai Google Doodle hari ini. Seperti apa sih sejarah subak?

Subak lestari hingga kini. Sistem irigasi sawah di Jatiluwih, Bali itu memiliki filosofi mendalam sejak dibangun pada masa lampau.



Salah satu bahan ajar dari Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universita Udayana oleh I Negah Artha, yang dirilis pada 2016, disebutkan dalam prasasti Turunyan yang dibuat tahun 896 Masehi terdapat kata kata "serdanu" yang diduga berarti Kapala Urusan Air Danau. Dalam perkembangan selanjutnya kata "ser" inilah yang menjadi pekaseh, yaitu orang yang bertugas mengatur air dalam sistem subak di Bali.

Kemudian, dalam prasasti Batuan 352 pada 1023 muncullah kata sawah. Kata sawah itu juga ada dalam prasasti Tengkulak yang diperkirakan dibuat pada periode 1022-1048 Masehi.

Pada masa itulah diduga sistem pengairan telah diatur dengan terorganisasi dengan asas kebersamaan dan keadilan. Itu tersurat dalam pernyataan: semua penduduk desa diijinkan memperluas wilayah, membuat kali, memperluas tanah miliknya, membuat saluran-saluran air, termasuk menjaga agar tanahnya tidak longsor.

Pada prasasti Tengkulak itu diduga makna sawah yang dikenal waktu itu adalah sawah seperti di era sekarang. Yakni, sawah memperoleh air irigasi dari sumber air yang pembagiannya diatur sedemikian rupa agar tanaman tumbuh dengan baik.

Sementara itu, prasasti Batuan menyebut tentang pengaturan tanah-tanah terlantar dan pengaturan upacara-upacara keagamaan. Itu berarti bahwa pada masa itu hubungan sawah dengan para petani dan keyakinan dalam agama atau kepercayaan yang dianut telah ada. Bahkan, telah dibakukan untuk diatur dalam sebuah prasasti.

Nah, kata subak berasal dari kata "suwak" sedangkan wilayah subak pada masa lalu disebut "kasuwakan". Kata "kasuwakan" ini tertulis pada prasasti Pandak Bandung yang dibuat oleh Raja Anak Wungsu pada tahun 1071 Masehi, prasasti Banjar Celepik Tojan Klungkung yang dibuat tahun 1072 Masehi, juga prasasti Pengotan Bangli, dan prasasti Bwahan Kintamani Bangli.

Bahkan, dalam prasasti Banjar Celepik-Tojan secara jelas disebutkan pada hari-hari tertentu sejumlah penduduk (petani) menghadap Raja Anak Wungsu untuk menyampaikan rencana mengerjakan sawah di subak Rawas.

Dalam momen itu juga dibahas tentang pengaturan pajak yang harus dibayar, penetapan batas-batas subak, luas areal subak, termasuk penetapan sawah-sawah untuk dijadikan "pelaba pura", pembagian hasil antara raja dan pengurus subak yang wajib menggunakananya sebagai piranti menggelar upacara adat.

Untuk menjalankan subak itu, disusun pengurusnya. Pemimpin subak dipegang oleh seorang pekaseh. Andai subak terlalu luas maka dibentuk tempek/mudnuk/empelan yang dipimpin oleh kelian yang dibantu oleh kesinoman. Struktur paling bawah adalah krama sebagai anggota.

Ternyata hamparan terasering dengan subak-nya di Jatiluwih, Bali itu tak cuma menawan sebagai background foto, ya. Subak memiliki sejarah panjang dan tetap dilestarikan hingga kini.




(fem/ddn)

Hide Ads