Kemenparekraf Sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru di Desa Wisata

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kemenparekraf Sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru di Desa Wisata

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Selasa, 07 Jul 2020 19:19 WIB
Petani tembakau memetik daun tembakau di halaman  Balai Ekonomi Desa (Balkondes) PT Telkom, di wilayah pariwisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (8/9). Daun Tembakau itu akan di jual dengan harga Rp 5.000. Balkondes Telkom ini diharapkan berperan sebagai pusat kegiatan usaha pariwisata desa dan pusat kuliner serta dapat memacu pertumbuhan ekonomi di sekitar objek wisata Candi Borobudur dan diproyeksikan menjadi Digital Heritage Village, yakni konsep desa wisata yang memadukan teknologi digital dengan keunikan suasana pedesaan dengan berbagai kegiatan budaya, kesenian, pendidikan dan agro wisata.
Ilustrasi desa wisata di Magelang (Rachman Haryanto/detikcom)
Magelang -

Desa Wisata menjadi salah satu sektor pariwisata yang menarik wisatawan. Sosialisasi adaptasi kebiasaan baru pun dilakukan di sana.

Di tengah pandemi COVID-19, Kemenparekraf/Baparekraf kian aktif menyuarakan program Cleanliness, Health and Safety (CHS) yang masuk bagian adaptasi kebiasaan baru (New Normal).

Salah satunya, program itu pun menyasar desa wisata. Dilihat detikcom dari Instagram @Kemenparekraf, sekitar 20 desa wisata di Kabupaten Magelang pun menjadi percontohan awal lewat program gerakan Bersih, Indah, Sehat, Aman atau yang disingkat BISA.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam acara yang berlangsung Senin pagi di Magelang, turut dihadiri oleh Bupati dan Kadisparpora Magelang serta perwakilan Kemenparekraf dan para anggota Pokdarwis setempat (via Zoom).

Acara pun dibuka dengan kata sambutan dari Kadisparpora Magelang, Iwan Sutiarso. Dijelaskan olehnya, program yang diadakan oleh Kemenparekraf ini menyasar para pelaku desa wisata kabupaten setempat.

ADVERTISEMENT

"Kemenparekraf melakukan Gerakan BISA, Bersih, Indah, Sehat, Aman (BISA), bersifat padat karya untuk menangani dan meningkatkan kebersihan dan keamanan di destinasi wisata, khususnya di desa wisata," ujar Iwan.

[Gambas:Instagram]




Program bernama BISA itu pun menyasar sekitar 1.400 pelaku dari 20 desa wisata terpilih(dari total 52 desa wisata). Masing-masing desa wisata pun mendapat jatah sebanyak 65 orang. Di mana orang-orang yang terpilih akan mendapat pelatihan padat karya selama 5 hari (6-10 Juli 2020).

Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang, Iwan SutiarsoKepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang, Iwan Sutiarso Foto: Eko Susanto/detikTravel

Hal serupa juga turut diamini oleh Fadjar Hutomo selaku Deputi Bidang Industri dan Investasi Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Fadjar pun berharap, agar program 5 hari itu dapat membantu menggerakkan roda perekonomian masyarakat Magelang.

"Diharapkan dengan adanya program ini bisa menggerakkan roda perekonomian masyarakat dan mengantisipasi kebiasaan baru pasca COVID dengan menyiapkan desa wisata yang lebih baik dengan standar CHS. Ini sebagai program edukasi dan sosialisasi kami, bahwa ke depan perilaku wisatawan itu berubah, mereka akan concern terhadap kesehatan," pungkas Fadjar.

Ditambahkan oleh Fadjar, persiapan adaptasi kebiasaan baru di desa wisata Magelang turut dilakukan lewat pembelian sejumlah alat pendukung karya warga setempat. Misalnya seperti sapu, desinfektan dan lainnya, yang merupakan produksi warga sekitar.

"Bahwa untuk pembelian sarana pendukung gerakan BISA ini, sebagian besar kita beli di Magelang," ujar Fadjar.

Hanya dari para perwakilan Pokdarwis setempat, masukan pun datang satu per satu. Yang pertama dari Pokdarwis Candirejo.

"Tahun 2019, 8.800 pengunjung. Enam ribu asing, sisanya domestik. Itu sangat berpengaruh terhadap ekonomi teman-teman di desa kami. Harapan kami di sini ada 600 pelaku wisata, kemudian di program BISA ini terkait peserta terbatas di 65. Istilahnya kurang maksimal. ke depannya semoga ada program yang merata," pungkas Sidik.

Kemudian ada juga perwakilan dari Pokdarwis Mangunrejo yang merasa terbantu dengan program ini.

"Jujur kami merasa sangat terbantu, dengan kondisi COVID yang kayak gini semua pelaku mati kutu. Otomatis kehadiran daripada Pemerintah sangat kami harapkan, dengan program BISA ini sebagai penyemangat kami untuk kegiatan di era New Normal," pungkas Pindra.

Harapannya, tentu adalah agar adaptasi kebiasaan baru dapat diaplikasikan di seluruh desa wisata di Indonesia. Hanya yang lebih penting, adalah agar pelaku wisata di desa wisata dapat bertahan sementara waktu di tengah sepinya turis.




(rdy/ddn)

Hide Ads