Boneka Sigale-gale sejarah kemunculannya bermula ketika seorang Raja di Batak kehilangan anak kesayangannya di medan perang. Sang Raja tidak ikhlas sehingga dibuatlah boneka kayu sebagai perwujudan dari si anak. Boneka itu dinamai sama dengan nama sang anak yaitu Manggale. Sigale-gale ini wujudnya mirip manusia. Si boneka kayu selalu tampil rapi dalam balutan busana khas Batak.
Pada Festival Danau Toba 2013 ini digelar karnaval Sigale-gale. Karnaval dimulai sekitar pukul 15.00 WIB dari area Open Stage, Tuktuk, Samosir. Para pengisi karnaval ini berasal dari empat puak (kelompok) di Sumatera Utara yaitu Simalungun, Karo, Toba dan Pakpak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain kelompok berkostum, remaja-remaja yang memainkan alat musik tradisional Batak juga ikut dalam karnaval. Salah satu alat musik yang dimainkan adalah taganing (gendang). Taganing menurut Rizaldi Siagian, Direktur Festival Budaya Festival Danau Toba 2013, adalah gendang melodi. Alat musik itulah yang kemudian membuat World Drum Festival digelar di festival ini.
Karnaval Sigale-gale ini sebelumnya dibuka dengan tarian Tortor Sawan Sembilan. Tarian tortor ini bertujuan sebagai penolak bala. Setelah tarian selesai dibawakan, rombongan karnaval berjalan kaki menuju Bukit Beta yang jaraknya sekitar 18 km. Dalam rombongan tersebut ada juga Bupati Samosir Mangindar Simbolon dan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar.
Rizaldi Siagian, Direktur Festival Budaya Festival Danau Toba 2013 menjelaskan tujuan dari karnaval ini untuk memperlihatkan bahwa para pemimpin, budayawan dan tokoh masyarakat peduli dengan kebudayaan. Sehingga diharapkan ke depannya masyarakat juga bisa ikut peduli dan memiliki kreatifitas sendiri dalam memperkenalkan budaya lokal secara global.
"Potensi yg ada di warisan budaya dibangkitkan untuk bisa tampil di tataran global," jelas Rizaldi.
Berdasarkan pengamatan detikTravel, karnaval Sigale-gale ini cukup disambut meriah penduduk lokal dan wisatawan. Beberapa turis asing yang kebetulan tengah berwisata ke Danau Toba tertarik ikut menyaksikan. Ribuan warga lokal pun memadati tujuan akhir karnaval yaitu Bukit Beta. Di bukit tersebut, setelah karnaval selesai, penonton dihibur dengan pentas drama.
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Pembangunan Masif Vila di Pulau Padar, Pengamat: Menpar Kok Diam?