Kisah Apes Traveler yang Ketinggalan Pesawat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Liburan Apes

Kisah Apes Traveler yang Ketinggalan Pesawat

Afif Farhan - detikTravel
Kamis, 01 Okt 2015 07:31 WIB
Ilustrasi (Thinkstock)
Jakarta -

Ketinggalan pesawat, bisa jadi pengalaman paling apes buat traveler. Tiket hangus dan terpaksa harus bayar lagi. Para traveler berikut ini pernah mengalami hal tersebut gara-gara hal yang 'ajaib'.

Ada pepatah yang berbunyi, pengalaman adalah guru yang paling baik. Maka dari itu, kisah-kisah apes traveler yang ketinggalan pesawat ini, bisa jadi pelajaran untuk kamu.

Irham, salah seorang traveler asal Jakarta ini pernah ketinggalan pesawat gara-gara suatu hal yang dianggapnya aneh. Pesawatnya tiba-tiba berangkat tanpa sepengetahuannya. Kok bisa?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu itu mau terbang dari Jakarta ke Lombok. Penerbangan pukul 07.00 WIB, saya dari pukul 06.30 WIB sudah mengantre untuk check in. Antreannya, panjang banget," katanya kepada detikTravel, Kamis (1/10/2015).

Ketika sedang mengantre, tiba-tiba petugas maskapainya memberikan pengumuman kalau penerbangan ke Lombok sudah close artinya pesawat sudah siap terbang. Artinya, dia tidak bisa berangkat. Walah!

"Dia (petugasnya) kekeuh kalau penumpang yang mengantre tidak bisa terbang. Padahal, ada 22 penumpang termasuk saya yang sedang mengantre untuk check in. Kita terpaksa harus beli tiket lagi. Ajaib kan?" ungkapnya.

Irham menduga-duga, bisa jadi itu adalah permainan dari oknum-oknum tertentu. Bisa jadi, antreannya sengaja dibuat lama dan tiket yang dia pegang, sudah diberikan oleh orang lain. Sebab, tak ada alasan yang jelas kenapa penerbangannya tiba-tiba dipercepat.

Beda cerita dengan Vincencious. Pemuda asli Cilegon ini, beberapa tahun lalu sempat bekerja di salah satu tur operator di Bali. Ketika sedang pulang ke Jakarta dan hendak kembali ke Bali lagi, dia dicegat teman-temannya.

"Ada dua teman saya yang nyamperin ke Bandara Soetta. Memang sih, pas pulang ke Jakarta tidak sempat ketemu mereka. Ya sudah, kita nongkrong-nongkrong dulu saja," katanya.

Ketika itu, pesawat akan terbang sekitar pukul 18.00 WIB. Setengah jam sebelum keberangkatan, Vincencious sudah izin pamit ke temannya untuk masuk ke boarding gate. Tapi ternyata, salah satu temannya bekerja di maskapai yang ditumpanginya dan bilang pesawat akan delay.

"Teman saya itu pramugara senior, dia bilang tenang saja pasti delay kok pesawatnya, ini kan hari Minggu," kata Vincencious menirukan ucapannya.

Vincencious pun mengiyakan. Namun takdir berkata lain, pesawat yang ditumpanginya ternyata terbang tepat waktu dan tidak delay. Aduh, kasihan...

"Jadinya bayar tiket lagi deh. Jangan ketipu ucapan teman, walau sudah sering naik pesawat. Lihat jadwal baik-baik," pesannya.

Rahayu, wanita yang hobi mendaki gunung ini kisahnya beda lagi. Bukan karena maskapai atau temannya, dia malah pernah ketinggalan naik pesawat di luar negeri karena salah pasang alarm.

"Saya dari Kamboja, mau ke pulang ke Jakarta tapi transit dulu di Kuala Lumpur, Malaysia. Pas di Kuala Lumpur, handphone saya nyalain karena dapat sinyal dan pasang alarm untuk bisa bangun besok pagi dan terbang pulang," katanya.

Tapi Rahayu lupa, kalau setingan waktu di handphonenya belum diubah ke waktu Kuala Lumpur. Asal tahu saja, waktu di Kuala Lumpur satu jam lebih cepat dibanding di Jakarta.

"Ternyata handphone belum disetel 'automatic date & time' (use network-provider time). Pas bangun, saya masih santai-santai saja. Tapi nggak lama sadar, waktu di KL kan lebih cepat!" kenangnya.

Akhirnya begitu tiba di bandara setempat, pesawat sudah terbang. Rahayu hanya bisa pasrah dan mengingatkan traveler lain agar menyetel waktu lokal ketika berkunjung ke luar negeri. Agar tidak bernasib seperti dirinya.

Terakhir, traveler asal Bali, Kadek punya cerita yang tidak biasa soal ketinggalan pesawat. Saat berada di Bali dan mau pulang ke Jakarta, dia bersama kedua temannya asyik mengobrol. Tahu-tahu, pesawat sudah berangkat.

"Kita sampai nggak dengar ada pemberitahuan pesawat mau terbang, padahal sudah di boarding gate. Apa karena memang tidak ada penumuman ya? Tapi kata petugasnya sudah ada pengumuman. Ya sudahlah, kita kali yang memang asyik mengobrol," katanya.

Kadek pun harus menginap lagi satu malam. Tapi dia tak perlu khawatir, karena dapat bertemu sepupu iparnya di Jimbaran dan menginap di sana. Sebelumnya, Kadek tidak sempat mampir ke rumahnya karena padatnya acara perjalanan.

"Dia (sepupu ipar) cowok. Orangnya baik banget dan sama kayak aku suka jalan-jalan juga, naik gunung juga. Yang aku tahu, dia sakit kanker parah, tapi berusaha membuat dirinya kelihatan baik-baik saja di depan aku," papar Kadek.

Kadek pun akhirnya bertemu dengannya dan berbincang-bincang sampai malam. Kadek juga merasa senang, karena bisa bertemu lagi dengannya untuk mengobrol banyak hal. Namun satu bulan ketika Kadek sudah berada di Jakarta, kabar duka datang. Sepupu iparnya meninggal dunia.

"Memang sudah jalannya barangkali untuk dipertemukan dengan dia. Jika tidak ketinggalan pesawat, mungkin saat itu aku sudah terbang pulang ke Jakarta dan susah lagi kembali ke Bali karena banyak pekerjaan. Ini jadi hikmah," tuturnya.

Mungkin, ada banyak lagi cerita traveler lainnya seputar ketinggalan pesawat. Jadikanlah pelajaran agar kita tidak senasib dengan mereka. Biasakan jangan telat datang ke bandara dan perhatikan waktu keberangkatan pesawat dengan seksama.

(aff/aff)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Travel Highlight Liburan Apes
Travel Highlight Liburan Apes
16 Konten
Liputan khusus mengenai aneka kejadian buruk saat traveling
Artikel Selanjutnya
Hide Ads