Saat masuk Jurusan Ekonomi Universitas Trisakti pada tahun 2000, tak terbayang di benak seorang Barry Kusuma untuk menjadi travel photographer. Traveling dan fotografi adalah dua hobi Barry yang paling dominan. Tak ayal bagi Barry, menjadi seorang travel photographer tak hanya profesi melainkan jati diri.
"Dulu pas zaman kuliah, traveling di Indonesia masih jarang. Akses dan informasi susah. Karena traveling keliling Indonesia cukup mahal, kemudian terpikir, kok sayang hanya menghabiskan uang tanpa menghasilkan prakarya," ujar Barry kepada detikTravel, Kamis (22/10/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misal ada studi banding, panitia bisa ikut jalan-jalan gratis. Dimanfaatkan deh masa-masa itu," papar pria kelahiran Jakarta, 4 Januari 1982 itu.
Traveling, checked. Memotret, checked. Selanjutnya, Barry belajar menulis. Menurutnya, foto hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu. Sedangkan tulisan, orang awam pasti mengerti karena mereka pasti membaca.
"Akhirnya saya belajar nulis, kemudian jadi kontributor di sebuah majalah selama 2 tahun," papar Barry.
Selama itu, Barry terus belajar sambil mengeksplorasi keindahan Tanah Air. Profesi travel photographer berjalan kurang mulus pada awalnya.
"Sehabis lulus kuliah, tahun 2005-2006, travel photographer belum banyak dan belum menghasilkan. Jadi saya memotret untuk komersial seperti kalender, company profile, dan lain-lain. Hasilnya, tetap untuk jalan-jalan," papar Barry.
Kini, Barry Kusuma adalah salah satu travel photographer paling top se-Tanah Air. Lewat akun Twitter, Facebook, GooglePlus, blog, terutama Instagram-nya yakni @barrykusuma, dia menuangkan hasil-hasil jepretan yang super ciamik. Tak hanya foto, tapi juga video.
"Saya menggunakan social media karena cakupannya lebih luas untuk anak muda," tambah Barry.
Ayah satu anak itu kini sering mendapat undangan dari dinas pariwisata, baik dalam maupun luar negeri, untuk memotret dan mempromosikan keindahan sebuah destinasi. Barry pun menjadi langganan Kementerian Pariwisata untuk ikut mempromosikan berbagai destinasi di Nusantara.
"Sudah mendatangi hampir semua provinsi. Salah satu yang paling berkasan adalah Anambas, yang keindahannya tak jauh berbeda dengan Raja Ampat. Benar-benar di luar ekspektasi, Indonesia bagian barat punya perairan seindah itu," paparnya.
Menjadi seorang travel photographer, ada beberapa trik yang diungkapkan Barry agar dilirik orang banyak. Pertama adalah momen traveling.
"Datanglah saat cuacanya bagus agar dapat foto yang bagus. Biasanya pagi atau sore. Kalau perkiraan mendung, saya biasanya datang subuh untuk memotret pagi hari. Setidaknya ada 15 menit cuaca cerah sebelum mendung lagi," tambah dia.
Kedua adalah cara untuk go international. Ini berarti, menjual karya foto lewat beberapa situs secara worldwide.
"Getty Images misalnya. Persyaratannya memang cukup berat, waktunya agak lama, kualitas fotonya harus benar-benar bagus. Tapi hasil foto kita dijual worldwide dan itu jadi income yang besar," tutur Barry, yang kini juga menjadi kontributor Getty Images.
Pria itu optimis, travel photographer adalah profesi menjanjikan di masa depan. Mengabadikan momen dan lanskap destinasi yang kita datangi bisa jadi sejarah untuk masa depan. Karena bagaimanapun, alam akan berubah seiring waktu. Nah, siapa yang ingin menjadi seperti Barry?
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol