Mungkin, tak sedikit traveler yang beranggapan kalau Ambon tidak aman. Adanya tinta sejarah kelam tahun 1999, kerusuhan di Ambon kala itu menjadi perhatian nasional. Umat Muslim dan Nasrani terpecah, kerusuhan tak terelakan.
Tapi itu dulu. Ambon yang kini, adalah Ambon yang damai dan rukun. Sejarah kelam tersebut, justru dijadikan oleh masyarakat Ambon menjadi pelajaran berharga. Kepala Dinas Pariwisata Kota Ambon, Henry M Socapua pun berbagi cerita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gereja Soya di Ambon (Afif/detikTravel)
"Sebenarnya kita punya banyak tradisi yang menjaga persaudaraan antara masyarakat Ambon tanpa mengenal marga dan agama. Contohnya tradisi Pela Gandong, yang di mana tiap negeri-negeri (desa-desa) mempunyai perjanjian untuk hidup damai dan saling membantu," ujarnya pekan lalu di sela-sela Festival Budaya Makan Bersama di Pattimura Park, Ambon kepada awak media.
Belum lama ini sekitar bulan November, Kota Ambon menyelenggarakan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XI. Ribuan orang datang ke Ambon, dan ternyata terjadi sedikit masalah. Kamar-kamar hotel penuh!
"Ketika itu, umat Nasrani yang tidak kebagian kamar hotel, kami arahkan untuk menginap di rumah penduduk. Bahkan, mereka juga menginap di rumah-rumah penduduk Muslim yang disambut dengan tangan terbuka. Ada peserta (umat Nasrani) yang malah menginap di perkampungan Muslim. Itu tidak ada masalah, semua baik-baik saja," kenang Henry.
Masjid Wapauwe yang bersejarah di Ambon (Nico Wijaya/ACI)
3 Tahun sebelumnya, Ambon pun pernah menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Nasional XXIV. Kisahnya sama, hotel-hotel yang masih sedikit dan belum mampu menampung banyak pengunjung, membuat para peserta MTQ tidur di rumah-rumah penduduk. Bahkan, sampai tidur di rumah orang-orang Nasrani.
"Malah, ketika si pesertanya besoknya akan tampil, orang-orang Nasrani yang rumahnya ditempati olehnya, datang untuk mendukung. Ambon sebenarnya sudah punya kerukunan agama sejak dulu," kata Henry.
Alex, salah seorang warga setempat dan sekaligus menjadi pemandu wisata juga bercerita tentang kerukunan agama di Ambon. Dia bilang, kerusuhan 1999 diyakini adanya campur tangan orang lain yang mau memporak-porandakan Ambon. Sebelum kerusuhan terjadi, semua umat hidup dengan damai. Setelah kerusuhannya terjadi, Ambon yang kini juga kembali hidup dengan damai.
"Enggak enak saat kerusuhan itu, semua orang takut ke mana-mana. Tapi masyarakat dan pemerintah bergerak cepat untuk mendamaikannya. Ambon itu damai, tidak seperti kerusuhan itu. Mau orang nasrani, Muslim dan lain-lain bisa hidup tenang di sini," tegasnya.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti