Kemenpar sejak Juni 2016 hingga Desember 2016 konsisten menggelar Festival Crossborder di Atambua NTT, Aruk Sambas Kalbar, Batam-Bintan Kepri, Merauke dan Jayapura Papua. Dalam rilis Kemenpar kepada detikTravel, Rabu (14/12/2016), gelaran musik dianggap cukup ampuh dalam menarik turis di perbatasan untuk berkunjung ke Indonesia.
"Musik itu bahasa universal. Kalau di tanah air disuka, maka di perbatasan pun pasti juga disukai. Karena itu, setiap acara musik di perbatasan, selalu menjadi puncak acara dan ditunggu-tunggu orang," kata Menter Pariwisata Arief Yahya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prancis dan Spanyol adalah negara dengan crossborder tourism yang paling besar, karena memanfaatkan crossborder itu," jelas Arief.
Bupati Belu Willybrodus Lay pun mulai mendorong pariwisata sebagai sektor utama dalam membangun daerah. Atambua akan didorong sebagai Kota Festival Budaya bagi Indonesia dan Timor Leste.
Sejak Juni 2016, Kota Atambua memang sudah bertransformasi menjadi Kota Festival. Artis-artis tampil di sana tak lagi didominasi band-band lokal ataupun bintang kelas dua nasional, semua sudah artis papan atas Indonesia.
"Yang saya rasakan, Festival Crossborder di perbatasan NTT-Timor Leste benar-benar menaikkan citra daerah. Untuk jangka panjang tentu sangat berpengaruh bagi pariwisata kabupaten yang ada di sekitar perbatasan akan terus berbenah untuk menyiapkan sarana dan prasarana yang lebih baik,"ungkap Willy.
Sejak Festival Crossborder digelar, jalan di tiga wilayah perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste di Kabupaten Belu (Atambua), Kabupaten Malaka (Betun), dan Kabupaten Timor Tengah Utara (Kefamenanu-Tanjung Bastian) berubah mulus. Yang tadinya tanah dan batu, sekarang sudah diaspal mulus seperti jalan-jalan di Pulau Jawa.
Pos Lintas Batasnya pun memiliki kombinasi arsitektur tradisional dan modern, seperti Motaain yang terlihat padu. Atapnya berbentuk kubah seperti bentuk atap rumah adat NTT, Mbaru Niang.
"Ini sangat memberi rasa bangga, berbeda dengan bentuk sebelumnya," terang Willy.
Festival Crossborder juga memantik angka pertumbuhan kunjungan pelintas batas. Yang tadinya hanya 100-an, saat event berlangsung jumlahnya melonjak. Kenaikannya besar dibanding hari biasa.
"Dampak langsungnya terhadap masyarakat sekitar Rp 300 juta-Rp 400 juta, karena tak hanya wisman Timor Leste saja yang bergerak masuk. Wisatawan Nusantara dari sekitar Atambua juga ikut masuk," ungkap Willy. (krn/krn)












































Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Warga Baduy Dalam Ditolak RS karena KTP, Potret Buruk Layanan Kesehatan Masyarakat Adat