Oleh karena ulah pendaki sembrono itu juga terbentuk komunitas Sapu Gunung Indonesia (SGI-red). Komunitas yang lahir 4 tahun lalu ini kata koordinatornya memang belum resmi.
"Kita belum terstruktur dari terbentuk tahun 2013. Saya sendiri sebagai koordinatornya dan baru bulan depan dilegalin dicari ketuanya siapa," kata Deny Kuswanto, koordinator Komunitas SGI dalam sambungan telepon dengan detiktravel, Rabu (26/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di dalam artikel-artikel itu banyak sekali timbunan sampah yang ada di gunung-gunung dan mereka ingin bergerak menyuarakan ulah buang sampah sembarangan oleh para pendaki itu. Maka dilakukanlah aksi membersihkan gunung dan timbul menjadi aksi 'sapu gunung'.
Walau anggota SGI belum resmi ada, komunitas ini sudah mempunyai mitra kerja per gunung atau daerah. Sebagai contoh, di wilayah Gunung Semeru ada Sahabat Volunteer Semeru juga mahasiswa pecinta alam dari Universitas Brawijaya yang ikut menyuarakan anti buang sampah sembarangan di gunung.
"Tahun 2013 banyak yang nanya cara gabung Sapu Gunung Indonesia. Sampai saat ini kami bilang kalian enggak perlu daftar jadi member. Kalian cukup melakukan prinsip yang kami lakukan, yakni enggak buang sampah sembarangan di gunung," ucap Deny.
![]() |
Sejak pendirian di tahun 2013, komunitas ini hanya ingin menularkan kesadaran lingkungan teman-teman mendaki agar tidak buang sampah sembarangan. Lalu diadakanlah aksi bersih gunung di Gunung Salak namun kurang memuaskan.
"Setelah aksi-aksi lingkungan kami berpikir mau sampai kapan. Kita bersihin dikit besoknya kotor lagi dan yang kami cita-citakan kurang efektif. Aksi ini tidak menandakan gunungnya bebas dari kotoran sampah. Maka dari itu SGI bermain di regulasi tingkat atas, di KLHK. Kami masuk sebagai mitra pemerintah gabung di dewan persampahan tingkat nasional dalam Pokja 5 yang membidangi laut, sungai, danau juga gunung," jelas Deny.
![]() |
Langkah besar SGI selanjutnya membuat kesadaran agar tidak buang sampah sembarangan dengan merambah ke kawasan Gunung Semeru. Di sana mereka membuat Ranu Pane Recovery Project. Masyarakat di edukasi dan diberdayakan untuk meminimalisir sampah.
"Buat di kegiatan project ada dua di Semeru dan Rinjani. Kalau Rinjani lebih ke temen konsultasi teman BTNGR. Orang-orang masuk di online-kan. Gak boleh bawa bekal mengandung sampah dan kita kasih saran ke pemerintah," kata dia.
![]() |
Kendala menjalankan komunitas ini adalah regenerasi di internal. Volunter-volunter yang hanya dari mahasiswa membuat komunitas ini tersendat jalannya. Namun, kendala tak menjadi masalah dengan rekam jejak yang sudah diukir dengan telah menyapu di Salak, Gede Pangrango, Tambora, Semeru, dan Rinjani.
"Kalau soal cerita unik kebetulan waktu itu jambore SGI di Semeru. Pengalaman paling ngena saat tahu masyarakat Suku Tengger yang ternyata pemalu. Kalau ada yang mendaki dan lewat Ranu Pane lalu nyampah, mereka tak berani menegur. Mereka Jawa sekali dan pasrah saja. Masyarakat yang umumnya petani ini lebih mendengar dukun daripada kepala desa. Jadi perlu edukasi lebih lanjut soal wisata berkelanjutan yang peduli lingkungan," urai Deny.
![]() |
Kembali ke SGI, rencana ke depan komunitas ini akan menggarap buku pedoman pendaki bebas sampah yang digarap bersama KLHK. Nantinya, buku pedoman mendaki ini akan disosialisasikan dan mengundang grup-grup besar pecinta alam sebagai sosialisator juga disebarluaskan ke seluruh taman nasional.
Selain aksi nyata, komunitas ini membentuk entitas gerakan anti buang sampah sembarangan di sejumlah media sosial terkini. Jika traveler ingin melihatnya, SGI mempunyai media sosial di Twitter, Instagram, Facebook juga portal sapugunung.org. Kalau sekretariatnya sendiri ada di Jalan Taman Radio Dalam No 15, Jakarta Selatan. (wsw/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol