"Apakah Bali pariwisatanya membuka diri untuk jutaan turis datang, tapi ternyata habis itu mereka kapok ketika jalan di Bali jalannya macet karena nggak cukup untuk menampung turis. Atau untuk menyeleksi turis saja yang masuk atau bagaimana arahnya? Kalau membuka sebanyak-banyaknya tapi dengan USD 10 itu kontradiktif, tapi kalau misalnya untuk menjaga alam budaya dan semua ini kan membawa sebuah polemik baru," kata Robi di Denpasar, Bali, Kamis (31/1/2019).
Robi lalu menyoroti penggunaan duit kontribusi wisata itu untuk pembangunan alam dan budaya Bali. Dia berharap duit kontribusi tersebut tidak digunakan untuk pembangunan infrastruktur melainkan memelihara alam yang sudah ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BACA JUGA: Rencana Turis Bayar Masuk Bali, Negara-negara Ini Juga Mencobanya
"Izinnya itu saja dulu perbaikin gitu loh, stop moratorium pembangunan bali selatan. kalau menurutku, tapi terserah kan. Just stick pada konsep pariwisata alam dan budaya itu rohnya Bali, itu taksunya Bali. Apa itu alam, apa itu budaya, semuanya itu belajar pada kalender Ketut Bangbang Gde Rawi, balik dulu kursus di situ, pahami kalender itu baru belajar di situ, sebelum semua itu nonsense," cetus Robi.
Dia pun mengingatkan pemerintah harus jelas betul memahami konteks pelestarian budaya dan alam sebelum menarik kontribusi dari para turis asing. Jangan sampai jika dana sudah terkumpul malah digunakan untuk merusak alam.
BACA JUGA: Rencana Turis Masuk Bali Bayar 10 USD, Dinilai Tidak Memberatkan
"Maunya apa dengan alam dan budaya ini, entar jangan-jangan ternyata ada ini bikin mal di Bedugul, sementara di sana untuk apa pura-pura dibangun di gunung supaya apa? Untuk menjaga hutan, hutan ini menjaga mata air, karena semua gunung menjaga mata air. Oh kita menjaga budaya nih, puranya kita biarin, tapi kita pangkas hutan jadi mal. Pura ini hanya simbol bahwa hutan ini nggak boleh diapa-apain," tegasnya.
"Kalau aku pikir sih orang pengambil kebijakan sih, konteksnya belum holistik. Karena begitu uang terlibat... Indonesia saja atas nama percepatan pertumbuhan ekonomi membabat kekayaan alamnya sendiri yaitu hutan," ujarnya.
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau