Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Kepulauan Meranti, Raden Uyung Permadi Salis mengatakan, bahwa dampak positif Festival Perang Air yang berlangsung sejak perayaan Imlek pada 5 Februari, terasa selama hingga enam hari ke depan untuk bisnis perhotelan.
"Selama Imlek season hari 1 sampai 3 okupansi sekitar 75 persen. Hari ke-4, 5, 6 (okupansi) 100 persen," kata Uyung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selatpanjang merupakan kota di pesisir Riau yang selalu ramai saat perayaan Imlek karena sebagian besar populasi penduduknya adalah keturunan Tionghoa. Tradisi perang air, atau yang sebutan setempat 'Cian Cui' membuat membuat perayaan Imlek di Selatpanjang unik dan berbeda dengan kota lain.
Sejak pemerintah Kabupaten Meranti mengemas Cian Cui sebagai festival sejak 2013, acara ini menjadi daya tarik bagi wisatawan Nusantara dan mancanegara. Hal itu disebabkan perang air tidak terkait ritual agama tertentu, sehingga semua lapisan masyarakat bisa ikut meramaikannya.
Ia mengatakan, sebenarnya anggota PHRI setempat juga menawarkan jasa penginapan di rumah penduduk (homestay) namun tidak semua wisatawan mau layanan itu.
"Rombongan Singapura 30 orang pun batal karena kamar hotel habis. Mereka tidak mau nginap di rumah penduduk," ujarnya.
Meski begitu, ada juga warga negara asing (WNA) yang tidak keberatan menginap di rumah penduduk. "Seperti tahun kemarin, Ada WNA Korea yang tinggal di rumah penduduk. Orang Korea sembilan orang," lanjut Uyung.
Tradisi perang air berlangsung setiap sore hari sejak Imlek tanggal 5 Februari 2019, dan puncaknya adalah perayaan Imlek hari ke-7 pada tanggal 11 Februari. Warga setempat dan wisatawan saling menyiram air di rute yang ditentukan. Bahkan ada yang menggunakan becak motor sebagai kendaraan selama acara.
Rute perang air melalui jalan-jalan protokol, seperti Jalan A. Yani, Tebing Tinggi, Diponegoro, Kartini dan Imam Bonjol. Setelah dikemas dalam bentuk festival, acara ini berlangsung setiap sore hari sejak pukul 16.00 hingga 18.00 WIB.
Berdasarkan data, Festival Perang Air 2018 diikuti oleh sekitar 39.000 perserta. Peserta itu terdiri dari 22.258 wisatawan Nusantara, 3.589 wisatawan mancanegara dan penduduk setempat. (wsw/wsw)












































Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Warga Baduy Dalam Ditolak RS karena KTP, Potret Buruk Layanan Kesehatan Masyarakat Adat