Ada Festival Perang Air, Okupansi Hotel di Selatpanjang Naik Drastis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ada Festival Perang Air, Okupansi Hotel di Selatpanjang Naik Drastis

Tim Detikcom - detikTravel
Rabu, 06 Feb 2019 19:05 WIB
Festival Perang Air di Meranti (dok. Kemenpar)
Pekanbaru - Tingkat okupansi hotel di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau meningkat drastis. Itu berkat digelarnya Festival Perang Air.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Kepulauan Meranti, Raden Uyung Permadi Salis mengatakan, bahwa dampak positif Festival Perang Air yang berlangsung sejak perayaan Imlek pada 5 Februari, terasa selama hingga enam hari ke depan untuk bisnis perhotelan.

"Selama Imlek season hari 1 sampai 3 okupansi sekitar 75 persen. Hari ke-4, 5, 6 (okupansi) 100 persen," kata Uyung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan dari seluruh hotel berbintang, hotel kelas melati hingga wisma yang ada di Selatpanjang, total ketersediaan akomodasi mencapai 385 kamar. Ketika tidak ada perayaan Imlek dan Festival Perang Air, tingkat okupansi hanya 30 persen.

Selatpanjang merupakan kota di pesisir Riau yang selalu ramai saat perayaan Imlek karena sebagian besar populasi penduduknya adalah keturunan Tionghoa. Tradisi perang air, atau yang sebutan setempat 'Cian Cui' membuat membuat perayaan Imlek di Selatpanjang unik dan berbeda dengan kota lain.

Sejak pemerintah Kabupaten Meranti mengemas Cian Cui sebagai festival sejak 2013, acara ini menjadi daya tarik bagi wisatawan Nusantara dan mancanegara. Hal itu disebabkan perang air tidak terkait ritual agama tertentu, sehingga semua lapisan masyarakat bisa ikut meramaikannya.

Ia mengatakan, sebenarnya anggota PHRI setempat juga menawarkan jasa penginapan di rumah penduduk (homestay) namun tidak semua wisatawan mau layanan itu.

"Rombongan Singapura 30 orang pun batal karena kamar hotel habis. Mereka tidak mau nginap di rumah penduduk," ujarnya.

Meski begitu, ada juga warga negara asing (WNA) yang tidak keberatan menginap di rumah penduduk. "Seperti tahun kemarin, Ada WNA Korea yang tinggal di rumah penduduk. Orang Korea sembilan orang," lanjut Uyung.

Tradisi perang air berlangsung setiap sore hari sejak Imlek tanggal 5 Februari 2019, dan puncaknya adalah perayaan Imlek hari ke-7 pada tanggal 11 Februari. Warga setempat dan wisatawan saling menyiram air di rute yang ditentukan. Bahkan ada yang menggunakan becak motor sebagai kendaraan selama acara.

Rute perang air melalui jalan-jalan protokol, seperti Jalan A. Yani, Tebing Tinggi, Diponegoro, Kartini dan Imam Bonjol. Setelah dikemas dalam bentuk festival, acara ini berlangsung setiap sore hari sejak pukul 16.00 hingga 18.00 WIB.

Berdasarkan data, Festival Perang Air 2018 diikuti oleh sekitar 39.000 perserta. Peserta itu terdiri dari 22.258 wisatawan Nusantara, 3.589 wisatawan mancanegara dan penduduk setempat. (wsw/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads