Awalnya, prosesi ritual pencucian gong sekaten itu dilakukan di langgar Keraton Kanoman Cirebon. Usai dicuci dan digosok menggunakan serabut kepala dan abu batu bata merah, gamelan pusaka dibawa ke Bangsal Sekaten Keraton Kanoman Cirebon.
Namun, saat gamelan baru saja hendak dibawa dan keluar dari langgar keraton. Warga yang saat itu menyaksikan langsung menyebur kolam dan sejumlah ember yang digunakan untuk mencuci gamelan. Mereka sudah membawa botol kemasan, jerigen dan lainnya. Aksi saling dorong pun terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga yang antusias berebut air cucian jimat (Sudirman Wamad/detikcom) |
Reina, salah seorang warga Desa Pegagan Lor, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon mengaku rutin mengikuti ritual pencucian gamelan sekaten. Reina rela menunggu berjam-jam demi mendapatkan air bekas pencucian gamelan.
"Dari pagi. (Airnya) buat mandi, buat anak-anak saya, supaya sehat dan waras," katanya.
Airnya dipercaya berkhasiat (Sudirman Wamad/detikcom) |
Terpisah, Juru bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan masyarakat meyakini air tersebut membawa berkah. Sebab, air yang digunakan untuk pencucian gamelan pusaka itu terlebih dahulu dibacakan selawatan dan doa.
"Ya melalui media air. Karena air itu dipuji-pujikan dulu. Mereka berharap mendapat berkah, biasanya digunakan untuk pertanian, kesehatan dan lainnya," kata Arimbi.
(rdy/rdy)












































Warga yang antusias berebut air cucian jimat (Sudirman Wamad/detikcom)
Airnya dipercaya berkhasiat (Sudirman Wamad/detikcom)
Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Drama Menjelang Penobatan Raja Baru Keraton Solo