Website pariwisata asal Amerika Serikat (AS), Fodor mengeluarkan daftar 'No Visit' alias daftar destinasi-destinasi dunia yang disarankan untuk jangan dikunjungi tahun 2020. Ada dua destinasi dari Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut yakni Bali dan Pulau Komodo.
Bali dinilai overtourism dan punya persoalan sampah yang merusak lingkungan. Sedangkan Pulau Komodo di Labuan Bajo, NTT terdapat wacana tiket masuk USD 1.000 atau setara Rp 14 juta untuk turis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana tanggapan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama?
"Itu cuma cari sensasi saja, biar sensasional. Saya tidak ambil pusing," katanya kepada detikcom lewat sambungan telepon, Kamis (21/11/2019) kemarin.
Wishnutama menjelaskan, Bali dan Labuan Bajo sampai saat ini merupakan destinasi yang potensional. Bali sudah kerap kali memenangi penghargaan pariwisata sebagai destinasi terbaik, sedangkan Labuan Bajo punya Taman Nasional Komodo dan merupakan bagian dari Destinasi Super Prioritas yang sedang digarap pemerintah.
"Soal overtourism di Bali, Bali bagian utara sedang dikembangkan aksesnya," terangnya.
"Bahkan baik Bali dan Labuan Bajo masih punya banyak potensi wisata untuk dikembangkan. Pemerintah pun terus mengembangkan, merawat, dan mempromosikan Bali dan Labuan Bajo, serta destinasi lainnya di Indonesia," tegas Wishnutama.
Selain itu, wacana kenaikan tiket masuk Pulau Komodo sebesar USD 1.000 pun masih dalam tahap wacana. Belum ada keputusan resmi pemerintah mengenai hal tersebut.
![]() |
BACA JUGA: Bali Masuk Daftar 'No Visit', Wishnutama: Itu Cari Sensasi Saja
Sedangkan dari pihak Pemprov Bali, Gubernur Bali Wayan Koster punya pendapat yang sama dan menyebut bahwa kondisi pariwisata di Bali baik-baik saja. Menurutnya, kondisi Bali selama ini baik-baik saja. Ia pun menduga ada maksud tertentu dari dimasukkannya Pulau Dewata ke daftar tersebut.
"Itu kampanye negatif yang mungkin dilakukan pesaing kita. Apa yang diomongin tidak seperti itu, Bali itu secara umum baik, ada hal-hal kecil iya," katanya kepada detikcom, Kamis (21/11/2019).
Soal turis nakal, Wayan Koster mengakui memang itu menjadi masalah di Bali. Tapi, Bali tidak tinggal diam.
"Dalam waktu dekat saya akan kumpul dengan pelaku pariwisata untuk menginventarisasi sejumlah masalah ada turis yang mulai mencuri, mabuk, berantem, kemudian juga melanggar, seperti masuk ke tempat suci duduk di tempat yang tidak semestinya dan juga kenakalan-kenakalan kriminal lainnya. Saya kira itu sudah harus dikelola dengan baik," paparnya.
![]() |
BACA JUGA: Sorotan ke Bali: Sampah dan Turis Nakal
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), punya pendapat bahwa penilaian dari Fodor dinilainya sebagai kritik. Bali selama ini terus menggembangkan pariwisatanya dan menyelesaikan persoalan yang ada.
"Menurut saya, saya positif saja berpikir mungkin ada baiknya juga kritik kita, tapi apa yang diekspos di dunia internasional bahwa Bali tak henti-hentinya mendapatkan penghargaan dan Pemprov Bali terus berusaha, terus meningkatkan kualitas destinasi, jadi apa yang diungkap di salah satu majalah di Amerika itu berlebihan menurut saya," kata Cok Ace kepada wartawan di Bali, Rabu (20/11) kemarin.
Soal sampah, kata Cok Ace, Bali sudah membuat aturan soal pengendalian sampah plastik hingga mencari solusi untuk pengolahan sampah.
"Kita klarifikasi sekarang ada pergub pengendalian sampah plastik, kemudian segera menyelesaikan pembuangan sampah ini yang akan kita jelaskan apa yang kita lakukan di Bali. Kita tidak usah membela diri kita menjelaskan apa yang dilakukan Bali," tuturnya.
BACA JUGA: Bali Masuk Daftar 'No Visit', Positif Saja Itu Cuma Kritik
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!