"Namanya cruise (kapal pesiar-red) punya potensi mendatangkan devisa, asal aturannya jelas. Misalnya penumpang harus turun untuk tur, makan di restoran setempat, dan lainnya," kata Menteri Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Menparekraf) Wishnutama dalam perbincangan dengan detikcom, Sabtu (7/12) malam kemarin.
Menurut Wishnutama, kapal pesiar bagaikan one stop destination. Ada kamar tidur, restoran, kolam renang, bioskop, hingga berbagai fasilitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan sampai turis yang naik kapal pesiar hanya nikmatin pemandangan, tapi tidak spending apa-apa di kita," jelasnya.
Wishnutama menjelaskan, harus ada regulasi yang mengatur kapal pesiar di Indonesia. Sehingga, turis yang datang dengan kapal pesiar, bisa lebih banyak mengeluarkan uang.
"Misal ada aturan refueling (isi bahan bakar-red) harus di mana, mesti bersandar di mana, makan di mana, tur ke mana, nonton pertunjukan apa," tuturnya.
Selain itu, Wishnutama juga menyinggung soal kesiapan destinasi di Indonesia untuk menyambut kapal pesiar. Dia memberi contoh Labuan Bajo, yang dinilai masih harus dibenahi.
"Saya ambil contoh di Pulau Komodo di Labuan Bajo ada kapal pesiar datang. Turisnya turun terus mau beli suvenir kayak patung-patung komodo gitu ya, tapi ternyata pembayaran harus cash dan pakai rupiah," terangnya.
"Akhirnya apa, ya mereka cuma keluar uang buat beli tiket masuk Pulau Komodo doang," tambahnya.
Wishnutama menekankan, itu baru di Labuan Bajo, lantas bagaimana di daerah lain? Selain regulasi, kesiapan destinasi wisata untuk menyambut kapal pesiar juga harus patut diperhatikan.
"Kita harus memandang ini dengan komprehensif. Potensi dari wisata kapal pesiar ada, tapi regulasinya harus jelas," pungkasnya.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol