Wishnutama Bicara Masalah Kapal Pesiar di Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wishnutama Bicara Masalah Kapal Pesiar di Indonesia

Afif Farhan - detikTravel
Minggu, 08 Des 2019 20:25 WIB
Ilustrasi kapal pesiar (iStock)
Jakarta - Kapal pesiar dinilai sebagai salah satu potensi pariwisata di Indonesia. Namun, Menparekraf Wishnutama mau ada regulasi yang jelas terkait hal itu.

"Namanya cruise (kapal pesiar-red) punya potensi mendatangkan devisa, asal aturannya jelas. Misalnya penumpang harus turun untuk tur, makan di restoran setempat, dan lainnya," kata Menteri Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Menparekraf) Wishnutama dalam perbincangan dengan detikcom, Sabtu (7/12) malam kemarin.

Menurut Wishnutama, kapal pesiar bagaikan one stop destination. Ada kamar tidur, restoran, kolam renang, bioskop, hingga berbagai fasilitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh sebab itu, uang yang dikeluarkan turis saat naik kapal pesiar hanya berputar-putar di situ. Jika pun datang ke suatu destinasi, sekadar tur kemudian balik ke kapal pesiar lagi.

"Jangan sampai turis yang naik kapal pesiar hanya nikmatin pemandangan, tapi tidak spending apa-apa di kita," jelasnya.



Wishnutama menjelaskan, harus ada regulasi yang mengatur kapal pesiar di Indonesia. Sehingga, turis yang datang dengan kapal pesiar, bisa lebih banyak mengeluarkan uang.

"Misal ada aturan refueling (isi bahan bakar-red) harus di mana, mesti bersandar di mana, makan di mana, tur ke mana, nonton pertunjukan apa," tuturnya.

Selain itu, Wishnutama juga menyinggung soal kesiapan destinasi di Indonesia untuk menyambut kapal pesiar. Dia memberi contoh Labuan Bajo, yang dinilai masih harus dibenahi.

"Saya ambil contoh di Pulau Komodo di Labuan Bajo ada kapal pesiar datang. Turisnya turun terus mau beli suvenir kayak patung-patung komodo gitu ya, tapi ternyata pembayaran harus cash dan pakai rupiah," terangnya.

"Akhirnya apa, ya mereka cuma keluar uang buat beli tiket masuk Pulau Komodo doang," tambahnya.



Wishnutama menekankan, itu baru di Labuan Bajo, lantas bagaimana di daerah lain? Selain regulasi, kesiapan destinasi wisata untuk menyambut kapal pesiar juga harus patut diperhatikan.

"Kita harus memandang ini dengan komprehensif. Potensi dari wisata kapal pesiar ada, tapi regulasinya harus jelas," pungkasnya.




(aff/aff)

Hide Ads