![]() |
Krisis iklim
Industri penerbangan menyumbang 2% dari emisi karbon dioksida (CO2). Pada 2050, emisi ini diperkirakan akan meningkat hingga 22% jika tidak ada perubahan.
Sebagai contoh, seseorang yang naik pesawat PP dari London ke New York menghasilkan CO2 begitu banyak. Itu sama dengan yang dihasilkan rata-rata orang Uni Eropa saat memanaskan rumah mereka setiap tahun, menurut Komisi Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
International Air Transport Association (IATA), sebuah organisasi perdagangan 290 maskapai penerbangan, telah menetapkan target 2050 untuk mengurangi emisi. Jumlahnya hingga setengah dari tingkat emisi yang ada di tahun 2005.
"Ini adalah tugas yang sulit karena industri penerbangan masih berkembang, tetapi kami yakin itu dapat dicapai," kata seorang juru bicara IATA.
Mereka berencana menggunakan kombinasi bahan bakar berkelanjutan, langkah efisiensi dan teknologi baru. Adapun penerapannya seperti penciptaan pesawat hibrida hingga listrik.
Hal di atas butuh teknologi yang sangat maju. Baterai listrik saja diproyeksikan baru dapat memberi daya lebih dari setengah mobil baru pada tahun 2040.
Saat ini baterai listrik yang ada tidak cukup kuat membuat pesawat tetap terbang jauh. Hal itu diungkapkan oleh David Romps, seorang profesor ilmu iklim di University of Berkeley di California dan alternatif pengurangan emisi hanya dari kereta listrik.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!