PBB: Pertumbuhan Pariwisata Global Melambat pada 2019

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

PBB: Pertumbuhan Pariwisata Global Melambat pada 2019

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 22 Jan 2020 18:20 WIB
Pertumbuhan pariwisata global melambat karena kondisi ekonomi dunia yang tak stabil. (Foto: iStock)
Jakarta -

PBB melaporkan pertumbuhan pariwisata global sepanjang 2019 mengalami perlambatan karena situasi ekonomi yang tidak menguntungkan sejumlah negara.

Tahun 2019 rupanya menjadi masa suram bagi dunia pariwisata secara global. Berbagai konflik dan ketegangan yang terjadi di sejumlah negara membuat kondisi ekonomi tidak stabil yang kemudian berimplikasi juga pada sektor wisata.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin, (20/1/2020) lalu mengatakan sejumlah peristiwa di Eropa dan Asia seperti Brexit dan aksi protes di Hong Kong telah mendorong ketidakpastian ekonomi yang membuat jumlah wisatawan baik dari negara tersebut maupun yang ingin ke negara tersebut menurun. Hal yang dialami kedua negara ini juga terjadi di sejumlah negara lainnya sehingga secara global, PBB mengidentifikasi adanya penurunan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) yang ada dalam naungan PBB, jumlah kedatangan turis internasional pada tahun 2019 lalu mencapai pertumbuhan 4 persen atau sekitar 1,5 miliar. Pertumbuhan ini tercatat menjadi yang terendah sejak 2016.

"Ini adalah pertumbuhan yang dapat kita anggap kuat karena berada dalam rata-rata historis, tetapi kita melihat sedikit perlambatan dibandingkan dengan dua tahun terakhir. Namun perlu dicatat bahwa dua tahun terakhir benar-benar luar biasa dengan pertumbuhan di atas rata-rata normal," kata kepala intelijen UNWTO, Sandra Carvao sebagaimana diwartakan AFP.


Bila melihat ke belakang, pada tahun 2018 misalnya, jumlah turis tumbuh sampai 6 persen. Sedangkan pada 2017 tumbuh sebesar 7 persen seiring dengan wisatawan yang kembali ke wilayah Mediterania seperti negara Turki dan Mesir, setelah selama beberapa tahun dihindari karena masalah keamanan.

Perlambatan pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan ini juga dipicu sejumlah kasus lain di Eropa seperti pasar Jerman yang menurun dan bangkrutnya maskapai penerbangan Thomas Cook asal Inggris. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa juga berdampak pada perekonomiannya yang menyebabkan nilai mata uang turun. Ini menyebabkan sedikit orang Inggris yang jalan-jalan ke luar negeri untuk liburan.

UNWTO mencatat sepanjang 2019 lalu, jumlah kunjungan wisatawan ke Eropa naik sebesar 4 persen, lebih rendah dibandingkan pada 2018 lalu yang naik sebesar 6 persen. Meskipun begitu, Eropa masih menjadi primadona turis asing dimana sebesar 51 persen turis internasional (sekitar 743 juta orang) datang ke benua biru.

Senasib dengan Eropa yang mengalami pertumbuhan lambat, jumlah kunjungan turis ke Asia Pasifik juga tak setinggi dulu. Pada 2019 tercatat kunjungan wisatawan naik sebesar 5 persen namun lebih kecil jika dibandingkan persentase tahun 2018 sebesar 7 persen. Salah satu pemicunya adalah demonstrasi yang masih berlangsung di Hong Kong.

Afrika juga mengalami penurunan pertumbuhan yang semula mencapai 9 persen pada 2018 menjadi 4 persen pada 2019 lalu.

Sementara itu, kondisi pariwisata di Benua Amerika justru lebih variatif, ada yang mengalami kenaikan maupun penurunan.

"Amerika menunjukkan gambaran beragam karena banyak tujuan pulau di Karibia yang mengkonsolidasikan pemulihan mereka setelah badai 2017, sementara jumlah kunjungan jatuh di Amerika Selatan sebagian karena gejolak sosial dan politik yang sedang berlangsung," kata UNWTO dalam sebuah pernyataan.


Kabar baik justru datang dari kawasan Timur Tengah dimana kedatangan wisatawan ke kawasan itu melonjak 8 persen pada 2019. Perolehan itu naik sebesar 3 persen dari tahun sebelumnya yang dipicu rencana ambisiun Arab Saudi menarik turis asing dan pemulihan pariwisata Mesir.

Meskipun demikian, UNWTO juga mengatakan, Prancis, Spanyol, dan Amerika Serikat tetap menjadi tiga negara yang paling sering dikunjungi di dunia.

"Kami tidak terlalu melihat perubahan pada peringkat," kata Carvao.

Pada 2018 lalu, Prancis ditetapkan sebagai negara yang paling banyak dikunjungi dengan 89 juta kunjungan. Disusul Spanyol dan Amerika Serikat.

Prancis melaporkan peningkatan pariwisata terkuat itu ada dalam pengeluaran turis internasional yang melonjak sebesar 11 persen. Sementara pengeluaran turis di Amerika Serikat naik 6 persen karena dolar menguat.

Untuk 2020, UNWTO memprediksi pariwisata global akan tumbuh 3-4 persen karena akan ada berbagai acara olahraga dan budaya berskala internasional seperti Olimpiade Tokyo di Jepang.




(pin/krs)

Hide Ads