Turis China Berdiam di Rumah, Pariwisata Dunia Terpukul

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Turis China Berdiam di Rumah, Pariwisata Dunia Terpukul

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 06 Feb 2020 12:50 WIB
Police officers stand guard as protesters stage a rally calling for a ban on Chinese people entering South Korea in front of the Chinese embassy in Seoul, South Korea, Tuesday, Feb. 4, 2020. The death toll in mainland China from the new type of virus has risen to 425, with the total number of cases now standing at 20,438, officials said Tuesday. (AP Photo/Ahn Young-joon)
Ilustrasi turis China terimbas virus corona (Foto: AP Photo/Ahn Young-joon)

Turis ChinaTuris China (Foto: AP)

Negara-negara tujuan turis China seperti Thailand, Vietnam, Korea Selatan, dan Jepang sangat terpukul akan adanya larangan perjalanan. China sendiri menyumbang 51% dari PDB perjalanan dan pariwisata di wilayah Asia-Pasifik pada tahun 2018, menurut World Travel and Tourism Council (WTTC).

Di Thailand, turis China menyumbang 30%. Menurut Vichit Prakobgosol, Presiden Asosiasi Agen Perjalanan Thailand, sekitar 1,2-1,3 juta pelancong China telah membatalkan kunjungan ke sana untuk bulan Februari dan Maret.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Efeknya bisa bertahan hingga April. Sulit untuk memperkirakan saat ini," kata Prakobgosol.

Akibatnya, destinasi wisata utama seperti Bangkok, Phuket, Chiang Mai dan Pattaya telah merasakan dampak langsung, dan beberapa ditutup sepenuhnya. Dua perusahaan pelayaran yang menyediakan makan malam di kapal pesiar, All Star Cruise Pattaya dan Oriental Sky, mengumumkan penangguhan operasi mulai 1 Februari hingga batas waktu yang belum ditentukan.

ADVERTISEMENT

Mereka melayani turis China. All Star Cruise biasanya melayani sekitar 300 tamu sehari, dan Oriental Sky sekitar 5.000-6.000. Perusahaan akan sepenuhnya mengembalikan uang kepada pelanggan yang terimbas.

Menurut Yuthasak Supasorn, gubernur Otoritas Pariwisata Thailand, sekitar 80% penerbangan yang dipesan dari China ke Thailand telah dibatalkan antara Februari dan April. Perkiraan kerugiannya sekitar USD 3 miliar.

"Butuh setidaknya empat hingga lima bulan untuk pulih jika kita mendasarkannya pada pengalaman wabah SARS. Kami telah meyakinkan para pelancong bahwa Thailand bukan daerah wabah dan kami memiliki langkah-langkah penanganan yang baik," kata dia.

Di Jepang, turis China menyumbang sekitar 27% dari pengunjung yang datang. Banyaknya pembatalan tur kelompok dari China bikin agen perjalanan di Tokyo kewalahan.

Menurut agen travel Kamome, lebih dari 20.000 pelanggan dari Cina telah menarik liburannya ke Jepang hingga 10 Februari. Jepang menerima sekitar 9,6 juta turis China pada tahun 2018, itu sepertiga dari turis asing di negara itu.

Cina adalah pasar pariwisata internasional teratas di Jepang. Mereka menghabiskan USD 15,6 miliar pada tahun 2019. Total tersebut merupakan 36,8% dari seluruh pengeluaran turis.

Di Makau, wilayah administrasi khusus China juga mengalami tekanan. Turis China Daratan menyumbang 70,8% dari 39,4 juta pengunjung pada 2019.

Namun dalam empat hari pertama Tahun Baru Imlek, Kantor Pariwisata Pemerintah Macau melaporkan penurunan 75,1% dari turis China daratan dibanding tahun 2019.

Kota itu membatalkan parade Tahun Baru Imlek dan menutup perbatasannya dengan China. Kepala Eksekutif Macau, Ho Iat-seng, mengatakan bahwa pemerintah bisa melakukan penutupan kasino.

"Macau telah terpengaruh. Tidak ada yang mau keluar karena semua orang takut dengan virus corona," kata Filipe Ferreira, direktur pelaksana Restaurante Litoral.

Di Maldives, Mikronesia, dan Kepulauan Mariana Utara juga bersiap dampak yang signifikan dari virus corona. Kepulauan Mariana Utara baru-baru ini menerapkan larangan perjalanan dari China daratan, biasanya mereka menerima 700 turis sehari dari sana, dan pariwisata adalah industri terbesar.

Di Eropa, Amerika dan Inggris tak terlalu bergantung pada tursi China tapi bukan berarti tak berdampak. Prancis dikunjungi 2 juta turis China setiap tahun, Asosiasi Agen Perjalanan China di Perancis (ACAV) telah menangguhkan kegiatannya dan berkata adanya kerugian besar.


(msl/msl)

Hide Ads