Festival Cap Go Meh di Sukabumi Berpadu dengan Debus dan Tanjidor

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Festival Cap Go Meh di Sukabumi Berpadu dengan Debus dan Tanjidor

Syahdan Alamsyah - detikTravel
Sabtu, 15 Feb 2020 21:17 WIB
Festival Cap Go Meh di Sukabumi, Sabtu (15/2/2020)
Festival Cap Go Meh di Sukabumi, Sabtu (15/2/2020) (Syahdan Alamsyah/detikTravel)
Sukabumi -

Ratusan warga Tionghoa di Sukabumi, Jawa Barat merayakan rangkaian Imlek dengan menggelar Festival Cap Go Meh. Kali ini, festival itu berbaur dengan tanjidor dan debus.

Jumat (14/2/2020) pagi hingga petang, Vihara Widhi Sakti ramai. Ratusan warga Tionghoa turun ke jalan untuk menggelar kegiatan puncak Festival Budaya Cap Go Meh 2571/ 2020.

Mereka pun bergembira sekaligus lega. Bukan apa-apa, setelah lima tahun vakum, kini warga Tionghoa Sukabumi kembali menggotong Tao Pekong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama lima tahun terakhir, dewa tak mengizinkan arak-arakan dengan memunculkan Tao Pekong dilaksanakan. Ya, masyarakat Tionghoa harus mendapatkan izin untuk menggotong Tao Pekong ke jalanan, meninggalkan vihara.

"Ada tradisi saat kami harus berkomunikasi meminta izin dengan para dewa kami. Makanya, selama beberapa waktu ini tidak dilaksanakan karena tidak mengizinkan akhirnya tidak dihelat, menurut kepercayaan kita seperti itu. Termasuk tradisi gotong Tao Pekong," kata Iwan Iskandar, Ketua Yayasan Vihara Widhi Sakti kepada detikcom.

ADVERTISEMENT

Ada yang berbeda di acara perayaan yang biasa dilakukan setelah 15 hari dari tahun baru Imlek itu, pesertanya tidak hanya melibatkan masyarakat Tionghoa dari Vihara di Sukabumi dan luar kota, tapi juga diikuti peserta di luar masyarakat Tionghoa. Sebut saja atraksi Bola Lengeun Seneu, Lengser, Sisingaan, Tanjidor, Debus dan berbagai komunitas yang mengikuti festival budaya itu.

"Kami kan punya tema mempertahankan persatuan republik Indonesia, semua elemen masyarakat, kesenian daerah kita undang. Tidak ada minoritas dan mayoritas, kita semua bersatu mempererat hubungan antar agama dan yang terpenting itu tidak adalagi intoleransi di Sukabumi. Harapannya Sukabumi jauh lebih aman," Iwan menjelaskan.

Suara berbagai genderang bertabuhan meramaikan lokasi festival, barongsai berbentuk naga dan macan juga berjingrak memamerkan kelincahannya. Tiba-tiba dari arah podium panitia terdengar peringatan agar seluruh peserta menghentikan kegiatannya.

Festival cap Go Meh di Sukabumi, JabarFestival cap Go Meh di Sukabumi, Jabar Foto: Syahdan Alamsyah/detikTravel

"Mohon maaf, mohon kepada semua peserta untuk menghentikan kegiatan. Mengingat saudara kita umat muslim akan melaksanakan Shalat Ashar," salah seorang panitia memberikan pengumuman saat azan tiba, suasana yang tadinya ramai tetiba hening. Dari kejauhan sayup terdengar lantunan suara adzan dari masjid terdekat.

Festival pun dihentikan sekitar 45 menit, setelah itu kegiatan kembali dilanjutkan. Unsur Muspida diantaranya Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi dan wakilnya Andri Hamami, Wakapolres Sukabumi Kota, Kompol Sulaeman Salim, Dandim 0607 Letkol Inf Danang Prasetyo Wibowo dan Kejari Kota Sukabumi Ganora Zarina terlihat duduk di atas podium kehormatan.

Satu persatu peserta arak-arakan melintas, catatan yang diterima detikcom, festival itu diikuti 39 peserta dengan total sekitar 300 orang terlibat meramaikan festival tersebut. Kegiatan diawali dengan munculnya para empat Joli yang ditandu.

Bagi masyarakat Tionghoa masing-masing Joli itu menggambarkan makna yang berbeda, namun kehadirannya di tengah masyarakat Tionghoa sama-sama memiliki tujuan yang mulia. Kehadiran Joli dengan cara digotong di dalam tandu bertujuan untuk menolak bala mengantar doa damai untuk Kota Sukabumi.

"Tradisi ini juga dikenal dengan gotong Tao Pekong, bisa disebut leluhur atau ada juga padanan katanya Dewa dalam kepercayaan kami. Joli Api keluar lebih dulu untuk membuka jalan sebelum tiga joli yang lain, yakni Joli Kongco Han Tan Kong, Joli Kongco Hauw Tjiang Kong dan Dewi Kwan Im Posat semuanya melambangkan welas asih," kata Arifin Nata Widjaya, Humas Vihara.

Festival Cap Go Meh di Sukabumi menjadi simbol keberagaman.  Festival Cap Go Meh di Sukabumi menjadi simbol keberagaman. Foto: Syahdan Alamsyah/detikTravel

Sejak 2015 para Kongco ini tidak pernah beranjak dari altar dari dalam vihara, kehadirannya disebut Arifin sangat dirindukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa.

"Sangat dirindukan karena membangkitkan kembali kenangan masa lalu masyarakat keturunanTionghoa saat mereka di Sukabumi," dia menjelaskan.



Simak Video "Video Anies Baswedan Berharap Cap Go Meh Jadi Penggerak Perekonomian "
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads