Cerita Pramugari yang Masih Bekerja di Tengah Pandemi Corona

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Pramugari yang Masih Bekerja di Tengah Pandemi Corona

Elmy Tasya Khairally - detikTravel
Senin, 30 Mar 2020 15:05 WIB
Pramugari
Ilustrasi pramugari (Foto: Getty Images)
Detroit -

Virus Corona membuat semua aktivitas yang biasa dilakukan berubah drastis. Banyak penerbangan yang disetop, bahkan banyak pekerja kehilangan penghasilannya.

Sebagian pramugari masih harus tetap bekerja di tengah pandemi Corona. Saat orang-orang mulai menghindari penerbangan dan tetap di rumah, beberapa pramugari masih bekerja di atas udara, melayani penumpang di pesawat.

dilansir insider, pramugari sedang bekerja di tengah industri yang membahayakan kesehatan mereka. Pekerjaan ini mengharuskan pramugari bertemu dengan banyak orang bahkan ratusan di setiap harinya. Beberapa pramugari asal Amerika Serikat membagikan cerita dan keluh kesah mereka selama harus bekerja di tengah pandemi Corona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Merasa lebih terasingkan

Bekerja sebagai pramugari saja sudah membuat mereka merasa terasingkan, jauh dari keluarga, sering menghabiskan waktu sendiri di hotel dan memiliki jadwal tidak teratur. Menurut salah satu pramugari yang berbasis di Francisco, pekerjaan ini bisa menjadi menegangkan dan melemahkan. Situasi yang dihadapinya semakin buruk ketika pandemi Corona hadir.

"Saya merasa diperlakukan seperti pembuluh penyakit. Kamu bisa merasakan bahwa orang tidak ingin berada di dekat kita, terutama saat kita berseragam. Orang tidak ingin terlalu dekat dengan kita, penumpang selama penerbangan tidak ingin apa-apa," kata pramugari yang tidak ingin disebut namanya.

"Banyak teman dan keluarga kami memperlakukan kami secara berbeda karena pekerjaan kami dan mereka tidak mengerti mengapa kami terus bekerja," kata pramugari lainya.

ADVERTISEMENT

2. Takut Terdampar di Kota Aneh

Dalam situasi saat ini, banyak penerbangan yang telah dibatalkan, banyak wilayah yang sudah memberlakukan lockdown bahkan menara pengatur lalu lintas udara pun ditutup. Para pramugari khawatir akan terdampar di kota yang tidak mereka kenali, apakah mereka bisa tinggal sejenak dan mendapatkan makanan.

"Saya baru saja singgah di Atlanta dan tidak ada yang buka," kata pramugari yang berbasis di Seattle. Sekarang dia mulai mengemas tas dengan makanan saat bepergian.

Pramugari lainnya bahkan mengepak buku, pakaian dan makanan ringan tambahan untuk berjaga-jaga karena mereka bisa terjebak di sebuah kota selama 30 jam.

"Kita harus siap untuk terjebak dan memiliki cukup makanan dalam beberapa hari, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Ini sedikit menegangkan," ujar pramugari.

3. Takut Kehilangan Pekerjaan

Banyak pramugari yang mengeluh saat perusahaan mereka menangani situasi yang dihadapi saat ini. Para pramugari AS ini mengklaim, kalau mereka hanya ditawarkan cuti yang tidak dibayar selama 1 hingga 3 bulan.

"Saya tidak mampu, saya tidak mampu jika tidak mendapat bayaran," kata pramugari.

Namun, RUU stimulus pemerintah AS, dana sebesar $2T sudah disahkan dan ditandatangani menjadi undang-undang memastikan bahwa pekerja penerbangan masih akan dibayar hingga September, karena akan memberi maskapai penerbangan $60 miliar bantuan keuangan. Undang-Undang Coronavirus Aid, Relief, dan Economic Security (CARES) pada dasarnya akan melarang maskapai untuk merumahkan atau memecat karyawan hingga September.

Pramugari mungkin tidak mendapatkan bayaran seperti biasanya karena mereka kemungkinan hanya dibayar dengan jumlah minimum jam kerja yang diwajibkan secara kontrak. Salah satu pramugari yang berbasis di Detroit mengatakan, situasi cuti ini membuat dia mencari pekerjaan baru.

4. Khawatir akan Kesehatan

Pramugari yang berbasis di New York dengan pengalaman kerja 20 tahun tidak mengerti kenapa maskapai masih menerbangkan mereka. Menempatkan pramugari dalam situasi berbahaya.

"Saya benar-benar percaya bahwa perjalanan domestik harus ditutup selama beberapa minggu," ujarnya.

Pramugari mengakui belum ada kasus apapun yang diberitahu maskapai kepadanya. Dia menjadi khawatir dan takut jika pihak maskapai menyembunyikan laporan kasus virus Corona di dalam pesawat ini.

"Saya tidak tahu apa kebijakan maskapai tentang itu. Saya tidak punya ide, entah mereka menyembunyikannya atau memang belum ada laporan," ujar pramugari.

Sedangkan pramugari dari Seattle mengatakan, jika dia memiliki penumpang positif Corona dalam penerbangan, tak banyak hal yang bisa dia lakukan.

"Satu-satunya arahan yang benar-benar diberikan kepada kami adalah mengisolasi orang itu sebaik mungkin, di mana mereka agak jauh dari orang-orang," dia juga menambahkan bahwa pramugari tidak bisa mengkarantina penumpang di belakang pesawat dan meninggalkan dia sendiri.

5. Tidak punya waktu untuk karantina diri

Pramugari mengatakan kepada Insider bahwa mereka harus bekerja, kecuali jika memiliki catatan dokter yang mengatakan bahwa mereka harus dikarantina. Hanya dengan catatan dokter mereka akan dibayar dan dilindungi.

Namun, menurut para pramugari yang diwawancarai, prosesnya pun tidak jelas. Mereka harus menguji positif atau menunjukkan gejala virus Corona agar dapat mendapat catatan dokter untuk tetap di rumah. Pengujian bisa ditanggung oleh asuransi kesehatan perusahaan, tapi pramugari yang diperiksa harus yang sudah menunjukkan gejala.




(elk/ddn)

Hide Ads