Perjuangan Australia Selamatkan Suku Asli dari Corona

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Perjuangan Australia Selamatkan Suku Asli dari Corona

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Minggu, 12 Apr 2020 05:16 WIB
Ilustrasi anak suku Aborigin, Australia (dok. ABC)
Foto: Ilustrasi anak suku Aborigin, Australia (dok. ABC)

Komunitas yang Terisolir

Orang-orang suku asli Australia, jumlahnya sekitar 3% dari 24,6 juta populasi penduduk di sana. Dari jumlah yang sedikit itu, masih ditambah dengan angka harapan hidup mereka yang rendah, di bawah rata-rata angka harapan hidup nasional Australia.

Penyebabnya bermacam-macam. Tapi yang paling utama adalah soal kesenjangan sosial. Layanan kesehatan belum terjangkau sampai ke pelosok-pelosok, termasuk juga ketersediaan lapangan kerja dan perumahan yang layak.

PR inilah yang sekarang tengah dihadapi oleh Australia. Ditambah lagi dengan hantaman wabah virus Corona yang juga mengincar eksistensi dari suku-suku asli ini.

"Sementara penduduk daerah terpencil ini mempunyai akses ke layanan kesehatan yang baik, tapi dengan adanya COVID-19, mereka tetap butuh rumah sakit dan ventilator. Mereka rentan terhadap komplikasi COVID-19 dan butuh dievakuasi dengan segara," ungkap Dr Jason Agostino, Dosen Australian National University sekaligus Penasehat National Aboriginal Community Controlled Health Organization.

Waradah Aboriginal Centre di Katoomba, NSW, AustraliaWaradah Aboriginal Centre di Katoomba, NSW, Australia Foto: Fitraya Ramadhanny


Agostino juga menyoroti tidak layaknya tempat tinggal suku-suku ini sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Tanpa adanya tempat tinggal yang layak, maka nasib mereka bisa di ujung tanduk, virus bisa menyebar dengan mudah di dalam populasi suku-suku ini.

Kekhawatiran yang sama juga diserukan oleh Dr Mark Wenitong, Penasehat Kesehatan bagi Apunipima Cape York Health Council, yang mewakili 17 komunitas terpencil di Queensland.

"Kami punya masalah padatnya pemukiman (overcrowd), dengan tingginya penyakit kronis di usia muda, jika tidak diatur, maka COVID-19 akan jadi mimpi buruk bagi kami," imbuh Mark.


Hide Ads