Jakarta -
Wabah virus Corona membuat sejumlah negara membatasi wilayah. Tapi, pasangan ini tak surut untuk tetap bisa menatap kekasihnya secara langsung, mereka berkencan kendati terpisah pagar.
Banyak negara menerapkan pembatasan wilayah atau bahkan hingga lockdown (penguncian wilayah) untuk menekan penyebaran virus Corona. Andrea Rohde dan Markus Brassel yang sudah menjalani hubungan asmara selama sepuluh tahun terakhir harus terpisah jarak.
Rohde tinggal di Konstanz, Jerman bagian selatan, sedangkan Brassel memiliki rumah di TΓ€gerwilen, Swiss. Kendati beda negara, mereka hanya terpaut 10 menit perjalanan dengan mobil. Tapi, itu dulu, sebelum batas Jerman dan Swiss ditutup. Sejak 16 Maret mereka tak lagi bisa lagi berdekatan seperti biasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rohde dan Brassel bukannya tak bisa berjumpa sama sekali. Mereka tetap bisa kopi darat (kopdar), namun harus terpisah pagar yang dibuat dadakan karena virus Corona. Frekuensi ketemuan juga menurun karena dengan berjumpa beberapa kali dalam sepekan di perbatasan Jerman-Swiss.
Rohde bilang menemui kekasihnya melalui aplikasi video call itu tak sama dengan bertatap muka. Makanya, mereka sepakat untuk menuju perbatasan di waktu yang disepakati.
"Itu hanya sesuatu yang lain, bahkan jika kita terpisah 2 meter," kata Rohde seperti dikutip BBC.
Pengalaman itu tak cuma dimiliki Rohde dan Brassel. Ada sekitar 100 pasangan yang mendatangi perbatasan Swiss dan Jerman di Kreuzlingen dan Konstanz itu untuk sekadar melepas rindu.
Kreuzlingen dan Konstanz memang seolah merupakan kota di satu negara sejak 2009. Warga dua kota itu bisa hilir mudik dengan bebas.
Wali Kota Kreuzlingen, Thomas Niederberger, bilang bahwa dua kota itu bahkan seperti satu kota besar yang kebetulan memiliki perbatasan internasional.
Kisah asmara di perbatasan juga dialami oleh Natascha Dematteis dan Micha Roth. Mereka berjumpa via online dan memutuskan untuk berjumpa secara offline. tapi, malah kedua negara memutuskan untuk melakukan pembatasan wilayah.
Bukannya kendur, mereka sepakat untuk berjumpa di perbatasan yang terpisah pagar itu. Situasi itu justru membuat mereka yakin itu bukan cinta monyet.
"Ini bukan hanya tentang ketertarikan fisik," kata Dematteis.
"Jika ada cara, kami akan menjadi yang pertama untuk mengambil kesempatan (untuk berjumpa tanpa ada pagar)," dia menambahkan.
Pasangan lain yang berbagi perasaan dengan mereka dari perbatasan yang berbeda adalah Karsten TΓΌchsen Hansen yang berusia 89 tahun dari Jerman dan Inga Rasmussen yang berusia 85 tahun dari Denmark.
Sejak jatuh cinta dua tahun lalu, pasangan itu menghabiskan hampir setiap hari bersama, dengan Rasmussen biasanya menginap di rumah Hansen yang berjarak 15 km di Suederluegum. Tapi kemudian, muncul wabah Corona. Mereka pun harus menjalani karantina secara terpisah, karena masing-masing ingin tinggal bersama keluarga.
Namun, bukan berarti mereka tak berjumpa setelah wabah virus Corona muncul dan perbatasan antara Jerman dan Denmark ditutup pada 14 Maret. Pasangan itu terus saling bertemu setiap hari.
Rasmussen bersepeda menuju perbatasan dari kota Gallehus. Begitu pula dengan Hansen yang biasanya naik sepeda dari Suederluegum.
Mereka bertemu di batas negara masing-masing di dekat kota Aventoft. Mereka berbekal kursi, kopi, dan kadang-kadang makanan ringan.
"Setiap hari sekitar pukul 15.00 hingga 17.00 enggak masalah cuaca mau seperti apa," kata Hansen.
Di hari Minggu mereka bahkan berjumpa lebih awal. Biasanya mereka membawa bekal makan siang.
Memang sih mereka tak bisa saling bergandengan atau berpelukan saat ini. Tapi, memikirkan prioritas kesehatan sudah membuat mereka puas dengan ritual yang dijalani belakangan ini.
Selain itu, membangun rencana setelah wabah berakhir menjadikan mereka menatap hari-hari ke depan lebih positif. Mereka berencana untuk menyusuri Sungai Danube setelah bencana ini usai.
"Saya enggak menyangka bisa jatuh cinta di umur 89 tahun," kata Hansen.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol