Rasmussen bersepeda menuju perbatasan dari kota Gallehus. Begitu pula dengan Hansen yang biasanya naik sepeda dari Suederluegum.
Mereka bertemu di batas negara masing-masing di dekat kota Aventoft. Mereka berbekal kursi, kopi, dan kadang-kadang makanan ringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap hari sekitar pukul 15.00 hingga 17.00 enggak masalah cuaca mau seperti apa," kata Hansen.
Di hari Minggu mereka bahkan berjumpa lebih awal. Biasanya mereka membawa bekal makan siang.
Memang sih mereka tak bisa saling bergandengan atau berpelukan saat ini. Tapi, memikirkan prioritas kesehatan sudah membuat mereka puas dengan ritual yang dijalani belakangan ini.
Selain itu, membangun rencana setelah wabah berakhir menjadikan mereka menatap hari-hari ke depan lebih positif. Mereka berencana untuk menyusuri Sungai Danube setelah bencana ini usai.
"Saya enggak menyangka bisa jatuh cinta di umur 89 tahun," kata Hansen.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol