Itu terjadi karena kuda nil makan dan buang kotoran di dalam danau. Sehingga ekosistem air tawar terganggu.
Rata-rata, seekor kuda nil memiliki berat 1,5 ton. Saat siang, mereka akan berendam di dalam air danau agar tidak kepanasan.
Pada malam harinya, kuda nil akan aktif untuk mencari makan. Mereka akan makan tumbuhan apa saja yang ada di dekat mereka. Dalam prosesnya, kuda nil akan membuang semua kotorannya ke dalam air.
Jika ada 80 kuda nil liar yang buang kotoran ke dalam danau, maka jumlah itu setara dengan besar buangan pabrik.
"Kotoran yang bersifat organik tersebut akan mebuat bakteri dan ganggang di danau tumbuh subur. Pertumbuhan yang berlebihan akan menguras semua oksigen dari air dan mencegah sinar matahari mencapai lapisan dalam. Ini dapat menyebabkan masalah bagi organisme lain," ujar Shurin.
Jika Afrika yang kering membantu pengendalian populasi kuda nil, maka Kolombia adalah negeri impian. Negeri ini memiliki lahan basah yang sempurna untuk para kuda nil.
Setiap tahunnya, seekor kuda nil betina bisa melahirkan satu anak. Kalau di Afrika mereka harus berumur 7 tahun untuk berkembang biak, keadaan Kolombia yang subur mempercepatnya menjadi 3 tahun.
Meski menjadi salah satu hewan paling mematikan di Afrika, namun sampai saat ini Kolombia tak memiliki catatan kematian warga yang diserang kuda nil.
"Dalam beberapa dekade mendatang, mungkin ada ribuan kuda nil yang lahir," ujar Shurin.
Kemungkinan akan ada 150 kuda nil pada akhir dekade ini. Sehingga ini akan mengkhawatirkan keseimbangan ekosistem air tawar di Kolombia.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol