Penundaan dan pembatalan A380
Saat A380 dikirim pertama kali ke Singapore Airlines, pesawat ini dinilai ketinggalan zaman. Pengiriman pertama pada 25 Oktober 2007.
Penerbangan komersial beralih ke pesawat yang lebih efisien. Pesawat 787 dan A350 yang baru diumumkan langsung dipesan ratusan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
A380 dilanda penundaan yang menyebabkan beberapa maskapai membatalkan pesanan, dan meskipun perlu waktu bertahun-tahun sebelum 787 dan A350 memasuki layanan, maskapai sudah dapat membeli pesawat jarak jauh yang lebih kecil dan lebih hemat bahan bakar daripada A380.
![]() |
A380 tidak dibeli oleh maskapai AS. Kelangsungan hidup A380 secara tidak langsung terkait dengan Emirates, maskapai yang membeli hampir setengah pesanan.
Produksi A380 bisa berhenti lebih cepat jika maskapai yang berbasis di Dubai itu tidak memesan tiga lusin A380 pada 2018. Tetapi, bahkan Emirates mengurangi pesanan yang tersisa dari 53 menjadi 14 pada awal 2019, memilih membeli A350 sebagai gantinya, Airbus tidak punya pilihan selain menghentikan produksi, karena membuat kerugian pada setiap pesawat.
Maskapai utama Eropa memang membeli A380 tapi dalam jumlah sedang. Yang paling mengejutkan adalah Airbus gagal menjual satu pun di pasar penting, yakni Amerika.
Itu bukanlah pro-Boeing. Karena, model Airbus lainnya sangat sukses di Amerika Serikat.
American Airlines, misalnya, mengoperasikan pesawat A319 dan A321 terbesar di dunia. JetBlue, maskapai keenam terbesar di negara itu dan tidak memiliki pesawat Boeing dan hampir 80% dari pesawatnya adalah Airbus.
United memiliki pesawat A350 terbesar keempat dari semua maskapai. Maskapai penerbangan AS juga jatuh cinta dengan B747.
Delta adalah maskapai Amerika terakhir yang mengoperasikan B747 pada tahun 2018. Varian terbaru pesawat, 747-8 yang lebih panjang, tetapi tidak lebih besar daripada A380, sudah direncanakan sebagai pesawat kargo.
Namun, ada satu hal yang dapat membuat umur B747-8 lebih lama dari A380 yakni menjadi pesawat Air Force One berikutnya.
Airbus telah mengakui kesalahannya pada proyek A380. "Ada spekulasi bahwa kita 10 tahun terlalu dini, jelas bahwa kita terlambat 10 tahun," kata mantan CEO Airbus, Tom Enders saat mengumumkan penghentian produksi A380 pada 2019 lalu.
Sementara produksi akan berhenti, dukungan suku cadang pesawat masih terus berjalan. Airbus memperkirakan A380 akan terus mengudara hingga 2040-an.
Tetapi masa depan pesawat juga terkait dengan bagaimana industri penerbangan pulih dari pandemi Corona. A380 bisa terkena dampak paling parah.
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan