Sepasang penjelajah Kutub Utara, Arktik, terjebak di Kepulauan Svalbard, Norwegia. Mereka harus menjalani lockdown yang tak terduga.
Diberitakan CNN, mereka adalah Hilde Falun Strom dan Sunniva Sorby. Kedua wanita itu memulai ekspedisi yang telah lama direncanakan di Kepulauan Arktik Svalbard pada September lalu.
Tujuan utama mereka adalah mendorong kepekaan terhadap perubahan iklim di wilayah kutub. Setelah menghabiskan hampir sembilan bulan untuk mengumpulkan data dan sampel untuk para peneliti di daerah terpencil Basembu, tetangga terdekatnya sejauh 140 kilometer, mereka dijadwalkan pulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, rencana mereka tiba-tiba gagal karena pandemi virus Corona. Sekarang pasangan itu akan tinggal di sana lebih lama, ditemani anjing mereka Ettra, beruang kutub, rusa kutub, dan angsa sampai sebuah kapal membawa mereka pulang.
Baca juga: Pemanasan Global Malah Hijaukan Antartika |
Hawa luar biasa dingin, tak ada air, dan listrik 'byar-pet' harus mereka rasakan berbulan-bulan. Tapi, di sana adalah tempat terindah bagi sebagian orang, kata mereka melalui sambungan ponsel satelit.
Pasangan ini menggunakan tenaga surya dan kincir angin untuk pasokan listriknya.
Strom dan Sorby menghabiskan dua tahun perencanaan proyek yang dikenal dengan nama 'Hearts in the ice'. Itu membuat mereka menjadi wanita pertama dalam sejarah yang mengalami musim dingin di Kutub Utara tanpa anggota tim pria.
![]() |
Selama berada di Basembu, keduanya telah mengumpulkan berbagai data. Ada data cuaca dan satwa liar, pemantauan awan, es laut, dan organisme untuk lembaga internasional seperti Institut Kutub Norwegia dan NASA.
Keduanya telah saling kenal selama sekitar enam tahun. Mereka telah mengalami hidup dalam kegelapan total selama tiga bulan.
Mereka hidup begitu dekat, 24 jam seminggu di ruang kecil bersama. Mereka tinggal di kabin yang dibangun untuk pemburu paus di tahun 1930-an.
Mereka lebih berguna di pedalaman Kutub Utara
Akses teknologi memang sulit mereka akses selama di Basembu. Strom dan Sorby, yang keduanya bekerja di pariwisata Kutub Utara, tetap mengikuti perkembangan COVID-19 dari tim media sosialnya.
Keluarga hingga teman mereka sudah mengumpulkan dana untuk penjemputan di awal Mei lalu. Namun, hal itu mesti dibatalkan karena virus Corona.
![]() |
Penjelajah belum pindah dari lokasi yang sama dalam waktu hampir sembilan bulan. Meski kecewa, mereka berdua yang telah menulis buku tentang pengalamannya itu, bertekad untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan bertahan di Basembu hingga September mendatang untuk melanjutkan pekerjaan.
"Kami memiliki tujuan ketika kami pergi dan kami akan melanjutkan itu. Kami merasa lebih berguna di sini daripada di rumah. Tapi itu sulit, karena kita tidak bersama keluarga dan teman-teman kita," kata Strom.
Sorby mengatakan bahwa mereka berada dalam posisi yang baik karena tak terimbas langsung dari virus Corona.
Konflik pariwisata Kutub Utara dan perubahan iklimnya>>>
Konflik Pariwisata Arktik
Saat ini, kapal wisata tidak dapat melakukan perjalanan ke Svalbard yang berada di tengah-tengah antara Norwegia dan Kutub Utara karena pembatasan perjalanan global. Itu juga berefek pada lebih sedikit sampel data yang sedang dikumpulkan dua penjelajah itu.
"Kapal-kapal wisata memberikan nilai besar bagi para ilmuwan dengan mengumpulkan sampel air asin dan pengamatan awan," jelas Sorby.
"Agustus lalu, setiap hari kapal bersandar di sini dan membawa 60 hingga 80 penumpang. Kapal-kapal kecil mulai datang di bulan Mei dan kapal-kapal yang lebih besar di bulan Juni," imbuh dia.
Oleh karena itu, hanya mereka berdualah yang kini secara aktif mengumpulkan data es laut atau fitoplankton. Itu memungkinkan bidang yang mereka geluti tak kehilangan data.
Musim wisata Arktik berlangsung dari Mei hingga September. Jika pembatasan tetap berlangsung maka hanya akan ada sedikit atau tidak ada wisatawan sama sekali di wilayah ini pada tahun ini.
Komunitas Svalbard sangat terpukul oleh COVID-19 yang juga bergantung pada sektor pariwisata. Awal Juni, kepulauan ini akan mulai terbuka untuk tamu yang datang dari daratan utama Norwegia.
Banyak perdebatan tentang risiko lingkungan di sekitar Arktik dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar disebabkan oleh peningkatan jumlah kapal ekspedisi pariwisata dan bahaya emisinya.
Tahun lalu, pemerintah Norwegia mengeluarkan siaran pers yang mengindikasikan sedang mempertimbangkan larangan minyak bahan bakar berat (HFO). Serta, ada batasan ukuran pada kapal penumpang di Svalbard dalam upaya mengelola pertumbuhan pariwisata dan melindungi satwa liarnya.
![]() |
Kata Strom dan Sorby, daerah ini juga mendapat manfaat luar biasa dari pariwisata. Hilde Kristin Rosvik, editor surat kabar lokal, Svalbardposten, baru-baru ini berbicara tentang konflik ini.
Ia menjelaskan bahwa penduduk lokal bisa mendapat uang juga membangun kesadaran akan pariwisata berkelanjutan. Karena, orang yang datang ke sana bisa sangat besar jumlahnya.
"Sekarang penambangan batu bara jauh lebih sedikit daripada sebelumnya. Pendidikan, penelitian, dan pariwisata adalah elemen penting dari ekonomi," kata Rosvik pada Forbes tahun lalu.
"Masalahnya adalah terlalu banyak turis tiba sekaligus dari sebuah kapal. Ini menciptakan gesekan dalam komunitas kecil," imbuh dia.
Efek perubahan iklim dunia ke Svalbard
Svalbard juga merupakan salah satu wilayah di bumi yang paling parah dilanda perubahan iklim.
Suhu rata-rata tahunan di sini telah meningkat empat derajat Celcius sejak tahun 1970. Sementara suhu musim dingin telah melonjak lebih dari tujuh derajat, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Pusat Layanan Iklim Norwegia pada tahun 2019.
Itu telah menyebabkan longsoran es. Salah satu kejadiannya menimpa 10 rumah, terkubur di Kota Longyearbyen.
Strom dan Sorby terus menggaungkan perubahan iklim dari pedalaman. Di sela-sela pengumpulan data, mereka mengunggah segala pembaruan yang didapat di blognya hingga aplikasi video call.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!