Permohonan penghapusan destinasi wisata Baduy dipicu karena wisatawan yang kerap mencemari lingkungan. Sampah yang dibawa oleh wisatawan membuat masyarakat resah.
Kunjungan wisatawan ke Baduy diakui oleh Bupati Lebak kadang dikeluhkan oleh warga setempat. Khususnya mereka yang membawa sampah plastik dan membangun warung.
"Banyak pengunjung tidak taat bangun warung di sana dan buang sampah sembarangan," kata Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya kepada wartawan di Rangkasbitung, Lebak, Selasa (7/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai kawasan adat, ia juga menilai bahwa tingkat pencemaran di Baduy cukup tinggi. Jika tidak diantisipasi dan diperketat, pengunjung bisa sembarangan membuang sampah.
Makanya, Pemkab Lebak merasa perlu untuk membuat aturan baru agar wisatawan dilarang membawa makanan atau sampah dari luar. Harus ada pemeriksaan wisatawan jika mau berkunjung di Baduy.
Di samping itu, wisatawan yang berkunjung ke sana perlu tahu aturan adat setempat. Apalagi, Baduy selama ini dikenal sebagai orang yang bertugas melindungi lingkungan.
"Persoalannya ke Baduy bisa masuk dari Cijahe, Ciboleger ada juga dari Sobang. Ini perlu kita waspadai oleh karena itu semua bisa mentaati mengikuti aturan pemangku adat di sana," tegasnya.
Sebelumnya, beredar kabar usulan penutupan Baduy sebagai destinasi wisata. Usulan tersebut disampaikan oleh perwakilan yang ditunjuk agar menyampaikan surat ke Presiden Jokowi.
Namun, bupati Lebak sendiri masih meragukan usulan tersebut sudah disepakati oleh puun atau pimpinan tertinggi adat. Pemkab rencananya akan melakukan musyawarah dengan lembaga adat dan akan mengikuti jika ada keputusan adat Baduy. "Tapi ini nggak ada komunikasi, belum dipastikan ini resmi dari puun," ujarnya.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan