Penerbangan Penumpang Sepi, Garuda Genjot Layanan Kargo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Penerbangan Penumpang Sepi, Garuda Genjot Layanan Kargo

Putu Intan - detikTravel
Selasa, 14 Jul 2020 16:10 WIB
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) datangkan pesawat Boeing 777-300ER untuk melayani penerbangan haji mulai Agustus 2015. Hari ini maskapai pelat merah itu menerima B777-300ER ketujuhnya di Hanggar 2 Garuda Maintenance Facilities (GMF), kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Rachman Haryanto/detikcom.
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Garuda Indonesia saat ini tengah menggenjot layanan kargo. Ini dilakukan seiring sepinya penerbangan penumpang di tengah pandemi COVID-19.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Irfan Setiaputra menyampaikan hal tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa (14/7/2020). Upaya ini dilakukan untuk menyelamatkan keuangan Garuda Indonesia yang utangnya semakin membengkak.

"Kargo akan menjadi salah satu core business (bisnis utama) yang mengkontrbusi pendapatan Garuda," kata Irfan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita akan maksimalkan pendapatan-pendapatan baru kita dari kargo dan charter. Per hari ini saya sampaikan ada sekitar 10 flight isinya kargo saja per hari untuk domestik," Irfan menambahkan.

Kendati ingin mendorong layanan kargo, Irfan menyampaikan bahwa sebenarnya Garuda Indonesia tak memiliki pesawat khusus kargo. Namun Kementerian Perhubungan telah mengizinkan operasi tersebut, dimana Garuda Indonesia menggunakan pesawat penumpang untuk mengangkut barang-barang kargo tersebut.

ADVERTISEMENT

"Kita bisa letakkan barang-barang kargo ini di atas kursi sepanjang beratnya tidak lebih dari 70 kilogram," kata Irfan.

Selain kargo, Garuda Indonesia juga berambisi meningkatkan jumlah penumpang dari perjalanan domestik.Sementara untuk internasional, ia ingin lebih fokus mendatangkan wisatawan asing ke Indonesia, khususnya Bali karena dianggap punya potensi terbesar dalam pariwisata. Sasaran wisatawannya adalah dari Amerika Serikat dan Eropa. Kedua benua itu dipilih sebab wisatawannya punya spending besar, menurut riset dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Dalam kesempatan itu, Irfan menyampaikan kondisi keuangan Garuda Indonesia. Per 1 Juli 2020, cashflow Garuda Indonesia mencapai USD 14,5 juta. Ini tak sebanding dengan pinjaman ke bank dan lembaga keuangan yang mencapai USD 1,3 miliar, serta utang usaha dan pajak sebesar USD 905 juta.

Dengan kondisi utang yang kian membengkak itu, Garuda Indonesia meminta dana talangan dari pemerintah sebesar Rp 8,5 triliun. Garuda Indonesia mengajukan pinjaman dalam bentuk Mandatory Convertible Bond (MCB) dengan tenor selama 3 tahun atau sampai 2023.




(pin/pin)

Hide Ads