Wisata Hiburan Malam di Jepang Larang Pengunjung Berciuman

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wisata Hiburan Malam di Jepang Larang Pengunjung Berciuman

Putu Intan - detikTravel
Selasa, 21 Jul 2020 22:09 WIB
A general view shows an empty street of at Tokyos entertainment district of Kabukicho on April 7, 2010. - Japans Prime Minister Shinzo Abe on April 7 declared a month-long state of emergency in Tokyo and six other parts of the country over a spike in coronavirus cases. (Photo by Behrouz MEHRI / AFP)
Foto: AFP/BEHROUZ MEHRI
Tokyo -

Wisata hiburan malam atau nightlife di Jepang membuat aturan mereka sendiri untuk mencegah penyebaran COVID-19. Salah satunya dilarang berciuman.

Jepang kini tengah menghadapi klaster baru Corona yang diduga dari nightlife di Tokyo. Guna mencegah penyebaran virus, kelab dan bar menyusun aturan yang lebih realistis.

Dilansir dari Japan Today, Selasa (21/7/2020) ahli urologi dan kesehatan masyarakat Shinya Iwamuro menjelaskan bahwa staf di bar harus memiliki aturan praktis mengenai interaksi mereka dengan konsumen. selain itu Shinya juga menjelaskan pentingnya larangan berciuman, berbagi piring, dan bercakap-cakap untuk mencegah Corona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebisa mungkin, berciuman hanya dengan pasangan Anda, dan hindari ciuman yang mendalam," kata Iwamuro dalam konferensi pers.

Pengujian strategis di distrik tempat hiburan malam di Tokyo telah menunjukkan peningkatan kasus Corona harian. Ini terutama menjangkiti orang-orang usia 20-an dan 30-an.

ADVERTISEMENT

Dengan temuan ini, pemerintah Tokyo menaikkan kondisi kota itu ke level merah. Ini merupakan level tertinggi per 15 Juli 2020.

Namun dengan kasus yang mencapai 300 per hari pada minggu lalu, pemerintah tetap menjalankan kampanye mereka untuk menghidupkan kembali pariwisata domestik. Di sisi lain Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan bahwa mereka berencana memperbanyak pemeriksaan di sektor bisnis nightlife.

Akan tetapi timbul kekhawatiran bahwa nightlife ini akan menjadi kambing hitam bagi kegagalan pemerintah untuk melacak dan mengendalikan penularan virus tersebut.

Direktur Virologi National Institute of Infectious Diseases, Masayuki Saijo mengatakan, tidak tepat mendiskriminasi orang berdasarkan dimana dan kapan mereka bekerja.

"Tidak ada perbedaan, bekerja di malam hari atau bekerja di siang hari," kata Saijo.

"Strategi untuk mengurangi infeksi manusia ke manusia adalah sama,"ia melanjutkan.

Sementara itu pengelola bisnis hiburan malam ini juga melakukan upaya pencegahan mandiri. Termasuk melakukan disinfeksi pada mic untuk karaoke. Mereka juga menggunakan masker dan menerapkan jaga jarak 2 meter saat bertugas.




(pin/ddn)

Hide Ads