Cerita Traveler yang Naik Pesawat di Momen Idul Adha

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Traveler yang Naik Pesawat di Momen Idul Adha

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Jumat, 31 Jul 2020 07:41 WIB
Cerita Traveler yang Naik Pesawat di Momen Idul Adha
Ilustrasi (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Momen Idul Adha dimanfaatkan sejumlah traveler untuk mudik hingga bepergian. Ini cerita dari mereka yang naik pesawat.

Hari Raya Idul Adha tahun ini jatuh pada Jumat (31/7), sehingga membuat akhir pekan ini libur lebih panjang. Sebagian warga mudik ke kampung halaman, sebagian lain plesiran di tengah pandemi virus Corona.

Faktanya, Bandara Soekarno Hatta dilaporkan lebih ramai ketimbang hari-hari sebelumnya. Padahal, untuk lolos terbang, traveler harus mengantongi syarat administrasi saat new normal penerbangan. Sedikit kelonggaran bagi mereka yang terbang dari DKI Jakarta tak lagi memerlukan Surat Izin Keluar Masuk (SKIM) DKI Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu traveler yang harus bepergian keluar Jakarta adalah Fikri (26). Dia pergi ke ke Banyuwangi di Jawa Timur untuk urusan pekerjaan H-2 Idul Adha.

"Naik Citilink. Sekarang cuma dua (syarat), bikin rapid test sama electronic health alert card (EHAC). Formulir kuning yang dikeluarkan Dinas Kesehatan," ujar Fikri saat dihubungi detikcom, Kamis (30/7/2020).

ADVERTISEMENT
Pemudik yang menggunakan pesawat terbang wajib menyerahkan surat kesehatan saat masuk Bandara Soekarno-Hatta. Hal ini untuk memastikan penumpang bebas Corona.Pemudik yang menggunakan pesawat terbang wajib menyerahkan surat kesehatan saat masuk Bandara Soekarno-Hatta. Hal ini untuk memastikan penumpang bebas Corona (Ari Saputra/detikcom)

Fikri terbang pada hari Rabu (29/7) dan pulang pada hari Jumat atau tepat saat momen Idul Adha. Untuk rapid test, Fikri menggunakan jasa penyedia rapid test di salah satu rumah sakit.

"Bayar Rp 150 ribu. Di RS lama antre, isi formulir setengah jam ambil darah. Dua jam keluar hasilnya," kata Fikri.

Dalam perjalanannya ke Banyuwangi naik pesawat di momen Idul Adha itu, Fikri menyebut kalau semua telah berjalan sesuai protokol kesehatan. Kekurangannya adalah kesadaran pengunjung.

"Kalau dari protokol bandara sudah ketat, yang nyusahin penumpang yang lain. Pas sudah landing semuanya langsung berebut turun, padahal harusnya sesuai panggilan," ujar Fikri.

Sempat kesulitan urus EHAB

Pemudik yang menggunakan pesawat terbang wajib menyerahkan surat kesehatan saat masuk Bandara Soekarno-Hatta. Hal ini untuk memastikan penumpang bebas Corona. Foto: Ari Saputra
Kisah lain dituturkan oleh Mega Anjasmoro, traveler yang mudik ke kampung halamannya di Pati di Jawa Tengah menjelang momen Idul Adha. Setahun belum pulang kampung, momen ini jadi waktu untuk silaturahmi.

Mega terbang dengan maskapai Batik Air. Pertama, ia terbang ke Semarang kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik mobil online menuju rumahnya.

"Ke Semarang nggak ribet, cuma rapid sama EHAB. Waktu balik ke Jakarta mudah-mudahan syaratnya juga itu saja. Gue udah good to go nih, dokumennya dua doang," kata Mega yang terbang tadi pagi dari Bandara Soetta.

Untuk syarat naik pesawat saat pandemi virus Corona rapid test, Mega menggunakan jasa layanan yang disediakan oleh pihak maskapai pada momen H-2 keberangkatan. Hal itu pun ia lakukan untuk jaga-jaga.

"Gue H-2. Concern gue kalau reaktif, bisa test ulang hari-hari selanjutnya. Bayar Rp 95 ribu dan itu murah banget sih," tutur Mega.

Sementara itu, untuk syarat EHAB, Mega menyebut kalau ia mendapatkannya secara online via website. Sebelumnya, ia juga sudah mencoba via aplikasi, tapi tidak berjalan mulus.

"Kalau lo isi lewat website lo nggak perlu mencamtumin kursi, karena sekarang Batik Air nggak bisa web check-in. Jadi, dibantu petugas di counter. EHAB yang lewat aplikasi harus mencantumkan nomor kursi, sehingga akhirnya lebih memilih melalui website," kata dia.

Selain syarat dokumen untuk terbang, Mega juga telah mendapat restu dari orang tuanya. Disebutnya, kondisi sekarang di Pati jauh lebih santai ketimbang saat PSBB.

"Gue udah kordinasi ke bokap, boleh pulang nggak? Ribet nggak administrasinya? Kampung gue di masa PSBB harus lapor ke Pak RT, RW, Kepala Desa sama Polsek. Sekarang kondisinya udah nggak," Mega menjelaskan.

Berkaca dari kondisi di lapangan, akhirnya Mega mantap untuk mudik saat Idul Adha. Ia berencana untuk menghabiskan liburannya hingga hari Senin.

Itulah cerita dari dua traveler yang bepergian naik pesawat di momen Idul Adha. Mungkin ada juga traveler yang punya rencana serupa?

Halaman 2 dari 2
Kisah lain dituturkan oleh Mega Anjasmoro, traveler yang mudik ke kampung halamannya di Pati di Jawa Tengah menjelang momen Idul Adha. Setahun belum pulang kampung, momen ini jadi waktu untuk silaturahmi.

Mega terbang dengan maskapai Batik Air. Pertama, ia terbang ke Semarang kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik mobil online menuju rumahnya.

"Ke Semarang nggak ribet, cuma rapid sama EHAB. Waktu balik ke Jakarta mudah-mudahan syaratnya juga itu saja. Gue udah good to go nih, dokumennya dua doang," kata Mega yang terbang tadi pagi dari Bandara Soetta.

Untuk syarat naik pesawat saat pandemi virus Corona rapid test, Mega menggunakan jasa layanan yang disediakan oleh pihak maskapai pada momen H-2 keberangkatan. Hal itu pun ia lakukan untuk jaga-jaga.

"Gue H-2. Concern gue kalau reaktif, bisa test ulang hari-hari selanjutnya. Bayar Rp 95 ribu dan itu murah banget sih," tutur Mega.

Sementara itu, untuk syarat EHAB, Mega menyebut kalau ia mendapatkannya secara online via website. Sebelumnya, ia juga sudah mencoba via aplikasi, tapi tidak berjalan mulus.

"Kalau lo isi lewat website lo nggak perlu mencamtumin kursi, karena sekarang Batik Air nggak bisa web check-in. Jadi, dibantu petugas di counter. EHAB yang lewat aplikasi harus mencantumkan nomor kursi, sehingga akhirnya lebih memilih melalui website," kata dia.

Selain syarat dokumen untuk terbang, Mega juga telah mendapat restu dari orang tuanya. Disebutnya, kondisi sekarang di Pati jauh lebih santai ketimbang saat PSBB.

"Gue udah kordinasi ke bokap, boleh pulang nggak? Ribet nggak administrasinya? Kampung gue di masa PSBB harus lapor ke Pak RT, RW, Kepala Desa sama Polsek. Sekarang kondisinya udah nggak," Mega menjelaskan.

Berkaca dari kondisi di lapangan, akhirnya Mega mantap untuk mudik saat Idul Adha. Ia berencana untuk menghabiskan liburannya hingga hari Senin.

Itulah cerita dari dua traveler yang bepergian naik pesawat di momen Idul Adha. Mungkin ada juga traveler yang punya rencana serupa?

(rdy/fem)

Hide Ads